Demikian pula dengan tunggakan SPP anaknya di SMP. Sudah terbayarkan. Bahkan utangnya diwarung Mpok Iyem sudah lunas. Lunas terbayar.
" Kita doakan terus Mang Husin biar rezekinya nambah banyak," ujar Wiwid teman seprofesinya saat mareka berkumpul di warung Mpok Iyem.
" Iya, Mang Husin. Dan doakan juga kami biar penghasilannya bisa seperti Mang Husin," sambung Ipong.
Mang Husin hanya terdiam. Ingatannya melayang kepada lelaki yang sering memakai jasa becaknya. Seribu tanya menggelayut dalam pikirannya. Siapa sebenarnya lelaki perkasa dan perlente murah senyum yang sederhana itu. Apakah lelaki itu orang berpangkat? Apakah lelaki itu pengusaha? Atau...?
Sudah seminggu ini, Mang Husin tidak bertemu lagi dengan lelaki tegap murah senyum itu. Para jemaah masjid pun tak banyak tahu  tentang siapa siapa lelaki itu. Dan bagi jemaah masjid dan pengurus masjid, bukanlah persoalan besar siapa lelaki itu. Toh masjid ini terbuka untuk orang yang mau sholat dan beribadah.
Subuh itu Mang Husin agak terlambat datang ke masjid. Nonton bola ditelevisi adalah penyebab Mang Husin datang agak terlambat ke masjid subuh ini. Suara azan telah berkumandang dengan merdu. Religiuskan jaga raya.Â
Dengan tergopoh-gopoh, Mang Husin mengayuhkan becaknya menuju masjid. Kecepatannya tak kalah dengan kendaraan roda dua buatan Jepang. Namun mang Husin kaget setengah mati saat jalanan menuju masjid dipenuhi mobil-mobil mewah. Jumlahnya mencapai puluhan.Â
Kebanyakan berflat merah. Berjejer rapi sepanjang masjid. Tampak pula aparat berseragam mengatur lalu lintas. Sementara beberapa petugas berpakaian preman tampak sibuk mengawasi orang-orang dan aktivitas disekitar masjid.
Usai sholat, seperti biasanya Mang Husin langsung menuju becaknya. Cuma kali ini becaknya diparkir jauh dari masjid. Baru beberapa langkah kakinya meninggalkan masjid, panggilan dari seseorang membuat kakinya terhenti. Suara itu sudah amat dikenalnya. Suara yang amat khas. Ya, suara lelaki  murah senyum itu.
" Mang Husin. Apa kabar?," sapa lelaki itu sambil berjalan menuju Mang Husin dengan diiringi puluhan orang dibelakangnya.
"Baik, Pak. Bapak gimana kabarnya? Kok sudah lama tak datang ? Apakah bapak mau dianterin ngopi di warung Mpok Iyem?," tanya Mang Husin. Lelaki itu tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
Beberapa pria dibelakang lelaki itu langsung membisikkan sesuatu ditelinga lelaki itu. Lelaki murah senyum itu tampak mengangguk. Namun ajakan Mang Husin tampaknya lebih menggoda lelaki murah senyum itu daripada bisikan orang-orang itu.