Beberapa kali lelaki murah senyum itu tertegun mendengar keluhan Mang Husin.
" Sekarang barang-barang naik, Pak. Sementara penghasilan saya sangat minim. Bapak kan tahu berapa penghasilan tukang becak? Sedangkan anak masih sekolah," keluh Mang Husin sambil menyeruput kopi.
" Apakah Mang Husin tidak punya niat usaha lain? Misalnya bertani atau beternak?," tanya lelaki murah senyum itu.
" Niat sih ada pak. Cuma modal yang nggak ada," jawab mang Husin.
" Kan sekarang banyak permodalan yang diberikan untuk masyarakat dari pemerintah. Terutama disektor pertanian dan peternakan. Mang Husin kan bisa datang ke Kantor pemerintah daerah," ungkap Lelaki itu.
" Bapak kayak nggak tahu aja. Mana bisa orang seperti saya ini dapatkan kemudahan dari pemerintah. Saya ini rakyat jelata Pak. Tak ada koneksi di Pemda. Biasanya yang dapatkan kan yang punya koneksi dengan orang besar di kantor-kantor," ujar Mang Husin blak-blakan.Â
Lelaki murah senyum itu tertawa mendengar jawaban Mang Husin.
Sudah seminggu ini, Mang Husin dan lelaki murah senyum itu menjadi karib. Sangat akrab. Mareka layaknya dua sahabat lama yang kini bertemu kembali.Â
Setiap  usai sholat subuh keduanya menyusuri berbagai tempat yang ada di Kota Ini. Kadang mareka berada di pasar. Kadang di sawah. Bahkan pernah Mang Husin mengantar lelaki itu ke peternakan sapi.Â
Dan sudah seminggu ini, penghasilan Mang Husin naik tajam. Kalau biasanya sehari pendapatan dari becaknya setelah dipotong sewa, penghasailan yang diberikan kepada istrinya hanya berkisar Rp.30.000 hingga Rp.40.000.Â
Kini pendapatannya dalam seminggu ini berkisar diantara angka Rp.100.000. Dan cita-cita untuk merubah hidup pun mulai diimpikan Mang Husin. Sebuah cita-cita yang amat manusiawi.
" Kalau pendapatan kita terus seperti ini, kayaknya dalam bulan ini kita bisa punya becak sendiri,Bu,: ujar Mang Husin kepada istrinya.
" Iya, Pak ya. Semoga tercapai ya pak," jawab istrinya.
" Semoga Bapak itu tetap memakai jasa becak saya," harapnya.
" Siapa sih orang itu, Pak. Pejabat ya? Atau Pengusaha,? tanya istrinya.
" Saya nggak nanya lho Bu. Kenalnya saja di masjid habis sholat subuh," jawab Mang Husin.
Perubahan yang dialami Mang Husin juga dirasakan teman-teman seprofesinya yang biasa mangkal di warung Mpok Iyem. Kini Mang Husin sudah bisa mentraktir teman-temannya walaupun kadarnya hanya untuk segelas kopi. Tunggakan sewa becak pun tak ada lagi.Â