Spontan Sukri terjaga dari lelapnya. Suara ketukan pintu itu telah mengacaukan tidurnya. Dengan rasa malas, Sukri melebarkan sayap mata, menatap jam bulat yang terpasang di tembok putih  kamar tidurnya. Pukul 03.30 WIB. Tengah malam begini siapa bertamu?
Batin Sukri berkata seraya bangkit dari ranjang.
Suara ketukan pintu depan rumahnya itu terus mengudara. Memecah hening malam. Bersaing dengan suara detak jam dinding di tembok kamar.Siapa yang mengetuk pintu dipagi-pagi buta ini? Apakah Pak Yusuf yang mau mengajaknya untuk sholat subuh berjemaah? Atau ada yang butuh pertolongan?
Sembari menuju pintu depan rumahnya seribu pertanyaan terus bergelayut dalam pikiran dan otak kecil Sukri. Dan betapa kagetnya Sukri, saat pintu depan rumahnyaterbuka, tampak lima laki-laki berbadan tegap penuh tato telah berdiri dengan wajah tak bersahabat. Dari mulut mareka tercium aroma minuman. Dan Sukri paham, kelima lelaki tegap itu adalah anak buahnya Ko Aciu, yang dikenal warga Kampung Kami sebagai rentenir.
" Ada yang bisa saya bantu, bapak-bapak," sapa Sukri dengan ramah.
Dan sapaan Sukri pun mareka jawab dengan suara ketawa yang keras sehingga beberapa warga yang hendak menuju masjid dan melewati rumah Sukri pun berhenti melihat aksi purba lima kawanan manusia suruhan itu.
" Ada pesan dari Bos untuk bapak," jawab seorang dari lima lelaki itu.
" Katakan pada bosmu usai sholat subuh aku akan datang ke rumahnya," jawab Sukri tegas. Kelima manusia suruhan itu pun langsung meninggalkan rumah Sukri dengan berjalan sempoyongan. Bahkan salah satu dari kawanan itu terpaksa digotong kawannya yang lain karena tak bisa berjalan.
Usai sholat subuh, Sukri langsung menuju rumah Ko Aciu yang terletak diujung Kampung Kami. Saat memasuki rumah lelaki yang dikenal sebagai lintah darat itu, Sukri melihat orang-orang suruhan itu tertidur di teras rumah rumah Bos duit Kampung itu.
Ko Aciu tampak bahagia saat melihat Sukri datang ke rumahnya. Ko Aciu merasa bangga juga didatangi orang punya pengaruh di Kampung Kami. Maklumlah selama ini Sukri adalah teladan dan panutan bagi warga Kampung walaupun tak memiliki jabatan struktural dalam pemerintahan Kampung Kami.
" Masuk. Masuk Pak Sukri. Terimakasih sudah berkenan mampir ke rumah," sambut Ko Aciu dengan ramah.
" Ada apa ya Ko Aciu. Kok tadi anakbuahnya Ako menyuruh saya ke rumah," tanya Sukri tanpa basa-basi.