" Ini sudah memasuki bulan puasa, Bro. Usia kita sudah tak muda lagi. Kadang kalau terpikir, akau malu dengan segala perbuatan ku selama ini, Bro. Sudah saatnya aku mengakhirinya," ujarnya.
" Alhamdulillah, Bro. Sampai jumpa nanti malam ya di masjid," ujarku sembari meninggalkan rumah Matjago.
Malam itu, cahaya purnama menerangi alam raya. Cahaya indahnya menjadi penghantar para warga kampung Kami menuju Masjid untuk melaksanakan Solat Tarawih pertama di Bulan penuh pengampunan ini. Dan saat hendak memasuki halaman masjid, dari kejauhan ku lihat, Matjago sudah ada dalam masjid. Badan kekarnya dan berambut gondrong, yang menjadi ciri khasnya sehingga amat mudah mengenalinya. Ku lihat Matjago amat khusuk. Kepalanya terus menunduk dan menunduk.Â
Pak Imam Masjid Kampung telah mengakhiri sholat tarawih malam pertama di bulan suci ini. Semua warga kampung mulai meninggalkan Masjid. Di dekat pintu samping Masjid, tepatnya di dekat pintu keluar kiri, seorang jemaah masih bersujud. Lama sekali. Menyaksikan kondisi ini, dan setelah bersepakat, akhirnya para jemaah yang belum pulang dari Masjid,mendatanginya. Dan saat Pak Imam Masjid Kampung membangunkannya, tubuh lelaki itu langsung roboh.Â
" Matjago," ucap Pak Imam Masjid dengan nada suara terkaget bercampur ketidakpercayaan, saat tahu lelaki yang roboh di dalam masjid itu adalah Matjago.
" Innalillahi Wainnalillahi Rojiun. Beliau sudah wafat. Mari kita doakan beliau agar segala amal baiknya di terima di sisi Allah. Dan diampuni segala dosa-dosanya," sambung Pak Imam Masjid Kampung kami sembari di sambut koor Amin dari jemaah yang ada di masjid. Sementara aku masih melongo menatap tubuh Matjago. Sama sekali tak percaya.
Toboali, selasa, 13 April 2021
Salam dari Kota Toboali, Bangka SelatanÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H