Tiba-tiba cahaya matahari meredup. Angin menderu dengan udara yang basah. Sementara awan hitam berarak-arak menggulung angkasa. Lalu langit riuh rendah dengan cahaya berkilat-kilat dan bunyi guruh bergemuruh.Â
Angkasa hingar-bingar. Dari arah barat, butur-butir air dari langit terdengar berjatuhan gemeratak di atas  tanah yang kering.  Di atas dedaunan pepohonan. Lembut, rapat lalu tak tertahankan derasnya. Langit seperti mau meludah. Dan hujan pun secara tiba-tiba tumpah di bumi.
Orang-orang segera berteduh. Mencari tempat untuk menghindari dari serangan basahnya hujan. Tak terkecuali seorang lelaki tua yang jalannya tertatih-tatih. Mata tuanya sibuk memperhatikan rumah yang ada di sekitarnya. Tapi semua rumah, pintunya terkunci.
Sekonyong-konyong seorang lelaki keluar dari rumah. Langkahnya bergegas, namun begitu melihat dirinya, lelaki itu segera berhenti.
" Mari masuk, Pak. Hujan akan sangat lebat," tawarnya.
lelaki itu berpenampilan sangat rapi dengan selelan kemeja panjang, celana hitam, dan sepatu kantor yang berkilauan. Lelaki tua itu tercenung. Â Tidak menjawab. Tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut tuanya. Lelaki tua itu cuma terdiam kembali. Dan dia sama sekali tak mengenal lelaki gagah itu. Dan tanpa rasa sungkan, lelaki kantoran itu menggamit tangan lelaki tua itu dan mengajaknya masuk ke dalam rumahnya.
Sejak lelaki tua itu pulang dari tempat yang sering dia kunjungi, tempat yang memberinya kepuasan sebagai seorang laki-laki, Lelaki tua itu tiba-tiba bilang ingin segera mengembara. Lelaki tua itu bernarasi bahwa  itu adalah hukuman yang pantas bagi pendosa sepertinya.
" Memang Bapak melakukan apa sehingga harus mengembara dan pergi dari rumah," tanya lelaki kantoran itu.
" Ada, Nak. Bapak banyak melakukan kesalahan. bapak sangat takut," Tiba-tiba lelaki tua itu tergugu. Dan lelaki kantoran itu makin takut melihat kondisi tubuh Bapak tua itu.
Berkali-kali Lelaki kantoran itu bertanya tentang alasan kenapa Lelaki tua itu ingin mengembara, tapi berkali-kali pula Lelaki tua itu menolak bercerita. Lelaki tua itu hanya selalu bilang bahwa dirinya  salah.Â
" Aku pantas mendapatkannya. Pantas mendapat hukuman ini," ujarnya.