" Ibu jangan terlalu menuruti keinginan anak ibu. Dia sudah sangat layak untuk dinikahkan. Dan calonnya bukan orang sembarangan. Pak Kades. Apa kurang beliau? Harta banyak. Kekuasaan ada. Anak ibu pasti bahagia," ujar lelaki utusan Pak Kades sembari menatap wajah Ibu perempuan muda itu.
" Tapi anak saya belum bersedia untuk menikah. Dia merasa belum pantas," jawab Ibu perempuan muda itu.
Utusan Pak Kades pamit pulang. Gusar sekali dalam  melangkah.  Beberapa orang berpesan kepada Ibunya agar lebih waspada sebab nyawa Ibu perempuan muda itu dalam bahaya. Ibunya tenang-tenang saja. Tak sedikit pun menampak wajah ketakutan.
" Hati-hati Bu dengan Pak Kades. Beliau menggunakan segala cara untuk mendapatkan anak ibu," nasehat para warga.
" Maut itu ditangan Yang Maha Kuasa. Ditangan Allah," ujarnya.
Dalam pandangan Ibu perempuan muda itu, tak seorang pun bisa mengubah kematian seseorang. Kematian tak bisa dimajukan, pun tak bisa dimundurkan. Kalaupun harus mati karena mempertahankan haknya, tidak jadi soal bagi dia. Ibu perempuan muda itu sama sekali tidak gentar
" Lebih baik aku mati dari pada menerima pinangan Pak Kades," ujar perempuan muda itu kepada Ibunya.
Perempuan muda itu kini banyak menghabiskan waktunya di pekuburan. Diatas pusara Ibunya. Dan yang pasti, dia tidak akan pernah menerima pinangan Pak Kades. Itu adalah tekadnya, apa pun resikonya.Â
Toboali, rabu, 3 Maret 2021
Salam dari Kota Toboali, Bangka Selatan