Cerpen : Perempuan Muda di Pekuburan
Perempuan muda ituselalu terlihat di pusara orang tuanya sejak matahari baru merangkak di permukaan langit hingga tenggelam di ujung barat. Sepanjang hari perempuan muda itu selalu menangis sampai mengering air matanya. Terguncang batin dan jiwa raga perempuan muda itu. Kini harus tinggal sebatang kara di kampung itu tanpa kerabat dan keluarga. Sementara ayahnya semenjak, matanya melihat dunia tak pernah menampak batang hidungnya.
" Ayahmu sudah meninggal saat engkau dalam kandungan," jawab Ibunya setiap dirinya menanyakan tentang ayahnya.
Kehilangan telah mencekik hidup bahkan memenggal kehidupan perempuan muda itu. Tidak ada cara lain baginya, selain menunggui orang tuanya di pemakaman itu. Dan dia sangat paham, Â tak mungkin orang tuanya merespons setiap pengaduannya.
Jantung perempuan muda itu hampir lepas dari tangkai ketika dengan mata kepalanya melihat tubuh Ibunya dipenuhi darah. Ia memekik. Berteriak. Dan dengan nada suara tinggi dia bertanya siapa melakukan perbuatan ini kepada Ibunya?. Tidak ada jawaban. Orang-orang bungkam.
Beberapa warga kampung berbisik-bisik ke telinga perempuan muda itu . Mereka  juga menepuk-nepuk pundak perempuan muda itu yang menandakan tanda bela sungkawa. Beberapa  menit kemudian, Perempuan muda itu meminta orang-orang mengafani  mayat Ibunya untuk dimakamkan ke pekuburan. Perempuan itu tampak tabah menerima kenyataan ini sebagai suratan takdir.
Sebelum Ibunya meninggal, rumah perempuan  kerap didatangi  orang suruhan Pak Kades . Hampir setiap hari, utusan Pak Kades bertamu ke rumah perempuan muda itu. Perempuan muda itu kerap mendengar sayup-sayup pembicaraan Ibunya dengan utusan Pak Kades. Pembicaraan mereka itu bermuara pada keinginan Pak Kades untuk menyunting dirinya sebagai istri.
Ibu perempuan muda itu dengan jawaban santun menyatakan bahwa anaknya belum mau berkeluarga.
" Umur anak saya masih sangat muda. Belum layak untuk menjadi seorang istri," jawab Ibunya.
" Ibu jangan membohongi kami. Usia anak Ibu sudah diatas 18 tahun. Sudah tamat SMA," ujar utusan Pak Kades.
Perdebatan terjadi antara Ibunya dan utusan Pak Kades. Wajah mereka dipenuhi percikan api. Mereka saling pandang. Ibu Perempuan muda itu menghela napas. Perempuan muda itu keluar membawa segelas  kopi untuk tamu Ibunya. Mereka memaksakan sesungging senyum mekar dari bibir. Perempuan muda itu membalas tersenyum.