Budaya ABS (asal bapak Senang) memang susah bahkan teramat susah dihilangkan ketika kekuasaan atas jabatan menjadi target dalam bekerja tanpa didukung prestasi sebagai basic dalam bekerja.
Budaya menyenangkan bahkan meninabobokan pemimpin hingga mimpi ke langit tujuh yang sudah amat mengakar ini memang teramat susah dihilangkan ketika sang bawahan tidak memiliki kompetensi unggul dan prestasi dalam bidang tugasnya.
Ketidakpahaman sang pemimpin daerah sebagai pemberi amanah dan besarnya hasrat sang bawahan untuk memegang jabatan esselon II merupakan sumber dari lahirnya sikap dan budaya saling ngalok ini.Padahal sejarah telah mencatat dan mengabarkan fakta kepada kita bahwa begitu banyak pemimpin daerah harus berurusan dengan hukum akibat ulah bawahannya yang tidak paham akan bidang tugasnya dan bersikap ABS yang merupakan akronim dari Asal Bapak ke Bukit Semut.
Pada sisi lain, masyarakat memang akan memuji setinggi langit impian dan mimpi serta ide brilian sang pemimpin daerah.Akan tetapi ketika bertahun-tahun mimpi dan gagasan brilian pemimpin daerah hanya berupa wacana dan wacana berbau Omong Doang alias OmDo tanpa ada bukti nyata untuk mereparasi kesejahteraan rakyat, bukan tidak mungkin pujian yang dilontarkan masyarakat berubah menjadi nada fals yang berbau " nyerurok " (bhs. Toboali: pujian yang berlebih-lebihan dan tak masuk akal) yang bernada satire.
Untuk itu introspeksi diri memang sangat kardinal dan urgen untuk diaplikasikan sang pemimpin daerah dalam  mewujudkan mimpi-mimpi indahnya bagi kesejahteraan rakyat yang memberinya amanah sebagai pemimpin daerah. Kalau tidak maka mimpi dan impian itu hanya berupa wacana, omdo dan kelakar semata tanpa bukti dan realisasi nyata sampai akhir masa abdinya sebagai pemimpin daerah berakhir.
Toboali, selasa malam, 16 Februari 2021
Salam dari Kota Toboali, Bangka Selatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H