Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Ngalok" Bernada "Nyerurok"

16 Februari 2021   23:27 Diperbarui: 16 Februari 2021   23:54 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Ngalok " Bernada " Nyerurok "

Pemimpin memang harus punya impian. Untuk merealisasikan impian  bagi kemakmuran rakyat yang telah memilihnya dengan tulus ikhlas di TPS, seorang pemimpin pilihan rakyat memerlukan dukungan dan support.

Kalau pemimpin pilihan rakyat itu memimpin sebuah Provinsi / Kabupaten, maka aliran dukungan berupa pemikiran konseptual operasional beraplikasi nyata di lapangan bersumber dari para Kepala Dinas (Kadin)/Kepala badan atau kepala kantor dan pejabat struktural lainnya.

Impian yang tinggi seorang pemimpin daerah untuk membangun daerah dan rakyatnya,  hanya tinggal wacana dan mimpi disiang hari bolong, ketika Para Kadin/Ka.badan/Kakan tidak bisa mengalirkan suport dan mengaplikasikan gagasan/ide-ide brilian dari sang pemimpin daerah. 

Variabelnya bisa saja karena Kadin atau pejabat eselon II yang diangkat dan diberi beban jabatan itu tidak memahami bidang tugas yang diembannya. Ini amat sesuai dengan nasehat nabi bahwa apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.

Pada sisi lain, banyak, bahkan sudah jadi rahasia umum, para pembantu pemimpin daerah yang menggunakan aksi purba dalam berusaha mengambil hati sang pemimpin daerah dalam upaya untuk mengamankan jabatan yang diembannya. Dalam konteks untuk menyenangkan hati sang pemimpin daerah, sebagai bawahan terkadang harus berlakon sebagai  "pengalok " (bhs. Toboali: pemuji).

Tak heran konsep, gagasan dan ide yang ditawarkan sang pemimpin daerah selalu dipuji didepan pemimpin daerah sebagai ide dan gagasan yang luarbiasa, orisinil dan sangat baik kendati dalam konsep operasional dilapangan ide sang pemimpin daerah sungguh-sungguh sangat tidak relevan dengan kesejahteraan rakyat, bahkan merugikan rakyat banyak.

Ajaibnya sang pemimpin daerah  justru hobby  "dialok " (bhs. Toboali : dipuji). Pemimpin daerah entah karena jabatannya malah bangga dengan pujian sang bawahan. Bahkan bawahan yang tidak mampu bekerja karena ketidakpahaman akan bidang tugas yang diembannya namun memiliki kepiawaian sebagai pengalok (bhs. Toboali: pemuji).

Malah dalam otak cerdas pemimpin daerah dianggap sebagai seorang birokrat yang memiliki loyalitas dan dedikasi terhadap pekerjaannya.Padahal dibelakang punggung sang pemimpin daerah, bawahan itu dengan nada berkicau-kicau menguraikan ketidakmampuan pemimpin daerah sebagai pimpinan daerah.

Style pemimpin daerah dan bawahan yang saling berkolaborasi sebagai pengalok ini amat merugikan rakyat. Sebagai rakyat suatu daerah tentunya tidak akan mendapatkan energi dan vitamin untuk meraih kesejahteraan dari budaya saling ngalok ini. 

Sudah semestinya, sebagai bawahan, ketika pemimpin daerah bertindak keliru dan tidak on the track dalam bekerja, harusnya diberi saran. Bukan dibiarkan atau dipuja-puji setinggi langit didepan sang atasan. Budaya dan gaya ini memang amat susah dieleminir ketika jabatan menjadi incaran dan target dalam bekerja tanpa didukung pengabdian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun