"Saya hanya ingin katakan pada saudari. Jauhi ayah anak-anak saya. Masih banyak pria muda di dunia ini. Bermartabatlah kita sebagai wanita. Jaga harga dirimu," ujar wanita berkulit putih yang ternyata istri Pak Kakan.
Prisa kaget. Terdiam. Jantungnya seakan-akan mau copot mendengar celotehan itu. Linangan airmata bersalah menetes penuhi ubin-ubin rumah. Dunia pun seakan-akan runtuh. Hendak kiamat. Caci maki dan sumpah serapah terus dihujamkan di ulu hatinya dari mulut para kerabat. Beragam gelar pun terteriakkan dari mulut-mulut berbisa. Julukan hitam pun terpatri dari sekitar tanpa mampu tertahan.
Dan Prisa tak mampu menahan gempuran hujatan bernada hitam pekat yang terus berdesing bak peluru yang dilontarkan tak habis-habis.
Malam itu, jam didinding rumah kontrakan Prisa yang terletak di ujung gang telah menunjukkan angka 8. Prisa pun telah bersiap-siap untuk berekspresi dan berganti dunia. Menemani rembulan yang terbangun untuk menerangi bumi. Ketukan pintu membuatnya membatalkan niat untuk berganti baju.
"Siapa?" Tanya Prisa sambil bergegas menuju pintu depan.
"Saya. Pak RT," jawab seseorang dari luar. Pintu pun terbuka. di depan pintu rumahnya, tampak Pak RT didampingi dua hansip.
"Ada apa ya, Pak RT," tanya Prisa penuh keheranan.
"Anu, Mbak Prisa. Di depan gang tergolek seorang lelaki dalam keadaan yang menyedihkan. Dan nama Mbak Prisa  berkali-kali disebutnya. Apakah Mbak  kenal? Atau barangkali masih punya ikatan keluarga," jelas Pak RT penuh wibawa.
"Siapa ya? Tahu namanya, Pak," tanya Prisa lagi.
"Wah, saya tidak tahu. Tapi, bagaimana kalau kita ke sana untuk melihatnya. Barangkali Mbak kenal dan tahu dengan orang itu. Dan siapa tahu pula, lelaki yang tergeletak itu masih ada ikatan keluarga dengan Mbak," ajak Pak RT.
Ajakan Pak RT langsung diangguki Prisa. Dengan langkah penuh kepastian, Prisa menuju mulut gang. Tampak keramaian orang memadat. Beberapa petugas keamanan RT tampak sibuk mengamankan area dimana seseorang pria setengah baya itu tergolek. Saat menembus kerumunan manusia, Prisa kaget setengah mati. Jantungnya mau copot. Â Prisa tahu dan amat kenal dengan pria yang terkapar itu.