Wanita yang Menemani Rembulan Malam
Sudah hampir dua tahun, wanita muda ini menghiasi malam-malam yang gemerlap di jalanan utama kota. Posisi duduknya pun tak pernah berubah. Di belakang warung mie di pelataran toko-toko barang kelontongan. Sorot matanya tak berkedip memandangi jalanan yang bising ulah knalpot kendaraan yang saling bersahutan.Â
Terkadang, ketika gairah malam hadir di syaraf biologis, dia ikut mobil yang menyapanya lewat sirene klakson mobil. Arungi malam nan indah menuju puncak kegelisahan.Â
Pusat kesesatan duniawi. Mengubah malam yang penuh bintang gemintang sebagai rumah kesesatan. Menjadikan malam yang terang benderang sebagai rumah kegelapan.Â
Namun tak setiap malam dia memperlakukan malam sebagai rumah kegelapan atau kesesatan. Hanya ketika mood lagi menyapanya. Wanita itu hanya ingin menemani rembulan malam yang bercahaya indah.
Sudah hampir dua tahun pula, wanita muda itu selalu pulang ketika beduk subuh bergemuruh. Saat pulang ke rumah pun, selalu berpapasan dengan para jemaah masjid yang menunaikan sholat Subuh. Anggukan kepala tanda hormat, selalu ia berikan kepada mareka. Dan tanpa sapa. Tanpa sapa.
Sudah hampir dua tahun pula, wanita muda yang bernama Prisa selalu terbangun pada saat orang-orang mulai bergegas pulang kantor. Dan saat itu pula, rutinitas yang akan dilakoninya mulai bergerak dan menggeliat. Berganti busana yang dikolaborasikan dengan dandanan ala penghias malam. Usai para jemaah sholat Isya pulang dari masjid, Prisa segera melangkah pasti menuju tempatnya berekspresi untuk menghias malam jalanan kota.Â
Empat tahun silam, Prisa adalah seorang wanita muda penuh energi. Kepindahannya ke kota ini semata-mata berharap masa depan cerah. Berbekal nasihat sakral dari orangtua dan diiringi niat untuk membantu mengeskalasikan derajat keluarga, mendamparkannya di kota ini. Angan kesejahteraan pun terhampar membentang luas di otak ambisinya yang meninggi.
Berbekal surat sakti kerabatnya yang bekerja di Kantor Kabupaten, Prisa mulai berkarya meraih impian. Berbekal ijazah sekolah sekretaris di ibukota dan pribadi yang riang, membuat Prisa gampang membaur dan bergaul.
Pertemuannya dengan salah satu Kepala Kantor Cabang perusahaan susu yang dipanggil Pak Kakan dalam suatu acara promosi telah merubah 180 derajat arah kehidupannya. Pertemuan pertama itu telah membuatnya terhanyut dan terapung dalam keindahan gelombang kehidupan duniawi. Pertemuan kedua, ketiga, dan pertemuan-pertemuan berikutnya telah membuat keduanya saling berbagi cerita. Saling menebar angan-angan. Saling menjamu keinginan antara yang satu dengan yang satu. Saling menciptakan simbiose mutualisme .
Senyum nan menggoda diiringi dengan sikap kedewasaan dan kesederhanaan Pak Kakan telah membuat Prisa benar-benar terjatuh dalam pelukan impian dunia yang tak terperikan. Pak Kakan yang dikenal para kolega sebagai penganut moralitas tinggi telah membuat Prisa jatuh dalam mimpi-mimpi hidup nan mengangkasa.