Usai diamanahkan sebagai Menteri Sosial oleh Presiden Jokowi, diujung bulan Desember lalu, Tri Rismaharini langsung berkerja dan bekerja. Mantan Walikota Surabaya dua periode ini langsung blusukan dan menemui para pemulung dan tunawisma yang ada di Kolong Jembatan di beberapa kawasan di Ibukota. Tentu saja aksi blusukan Risma ini tak selalu mendapat respon positif. Ada yang mencibirnya. Ada pula yang memujinya. Sesuatu yang wajar sebagai bagian dari dinamika pejabat negara.
Menelisik dari aksi blusukan Risma ini tentu meniru apa yang telah dilakukan Presiden Jokowi selama ini, Â mulai saat Jokowi menjabat Gubernur DKI pada 2012 silam hingga kini saat menjadi Presiden, dimana aksi blusukan tetap dilakukan Jokowi hingga memasuki masa kepresidennya yang kedua.
Apakah tanda-tanda kerja blusukan Risma ini sebagai bentuk ' mempersiapkan ' dirinya untuk menjadi Next Presiden? Amanah sebagai  Menteri Sosial yang diembannya tentu memiliki nilai yang strategis untuk melangkah lebih jauh. Tinggal butuh sentuhan dan racikan.
Pertanyaan kita, khususnya saya sebagai orang awam, apakah memang Risma dipersiapkan untuk menjadi Presiden setelah Jokowi? Setidaknya ada 3 variabel yang bisa jadikan barometer untuk menjawab pertanyaan itu.
1. Populeritas. Â
Risma memiliki nilai populeritas. Saat mengemban amanah sebagai Walikota Surabaya, aksinya sebagai Pimpinan daerah sungguh mencengangkan publik negeri ini dengan kerja khasnya dan kerja kerasnya sehingga mampu membawa Kota Surabaya menjadi Kota yang bersih dan memiliki Taman yang indah.
Walikota Surabaya dua periode ini dikenal juga dengan aksinya yang sering turun langsung ke lapangan dan mencek kondisi riil yang terjadi di masyarakatnya. Soal populeritas, Risma sudah memiliki bekal.Â
2. Elektabilitas memang menjadi bagian dari perjalanan  Risma bila ingin menjadi Presiden setelah Jokowi dan menjadi Presiden Wanita kedua setelah Megawati. Berbagai survey memaparkan hasil surveynya, elektabilitas Risma masih kalah jauh dengan kader PDI-P lainnya Ganjar Pranowo yang juga menjabat sebagai Gubernur Jawa tengah. Perjalanan menuju kontestasi Pilpres masih 3 tahun lagi. Risma tentu masih punya waktu banyak untuk menaikkan elektabilitasnya dengan kerjanya. Apalagi dengan menjabat sebagai Menteri.
3. Partai Politik.
PDI-P tentunya ingin kembali mempertahankan kadernya sebagai  Presiden setelah era Jokowi berakhir pada tahun 2024. Risma sebagai salah satu kader terbaiknya  PDI-P tentu memiliki peluang yang sama dengan kader PDI-P lainnya seperti Puan Maharani atau Ganjar Pranowo yang kini trendnya berdasarkan survey unggul sebagai Calon Presiden dari berbagai rilis yang dipaparkan Lembaga Survey.
Kontestasi Pilpres 2024 masih jauh. Masih sangat jauh. Â Masih sekitar 1600-an hari lagi. Masih tiga tahun. Masih 36 bulan lagi. Masih panjang hari-hari yang harus dilalui. Para calon masih memiliki waktu yang panjang untuk menunjukan klasnya sebagai Bangsawan Pikiran bangsa. Para kandidat masih memiliki ruang waktu yang sangat panjang untuk menunjukan prestasinya dihadapan publik pemilih dan warga bangsa. Termasuk Risma.Â
Kini waktunya bagi para kandidat yang ingin bertarung dalam pesta demokrasi Pilpres 2024 untuk bekerja keras dan memperlihatkan prestasi kerja dihadapan publik. Apalagi disaat pendemii Covid-19 masih belum berakhir. Ini momentum terbaik untuk bekerja keras demi bangsa dan negara.
Toboali, 6 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H