Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kehidupan Baru Seorang Lelaki Baru

13 November 2020   02:27 Diperbarui: 13 November 2020   02:35 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Iya. Gagasan yang dilontarkannya selalu up to date. Jadi referensi semua kalangan," sambung yang lain.

"Dan itu yang membedakan Rian dengan kita. Ha ha ha," ujar aktivis yang lain sambil tertawa ngakak. Mentari makin bersinar dengan panasnya.

Rian makin terpojok, saat keluarga wanita itu ikut mendesaknya untuk menikah putri mareka. Hubungan selama hampir 2 tahun membuat keluarga sudah mulai berpikir untuk meresmikan hubungan putri mareka dengan Rian. Apalagi usia putri mareka sudah sangat pantas untuk menjadi seorang istri. Sementara penghasilan Rian sebagai seorang aktivis hukum pun sudah tak perlu diragukan sebagai sumber pendapatan untuk menghidupi seorang istri.

"Saya minta nak Rian mengabarkan kepada keluarga untuk segera datang melamar putri kami," pinta Sang Ibu, wanita itu.

"Benar sekali nak Rian. Apalagi hubungan kalian kan sudah lama. Kami tak mau ada desas desus yang tak mengenakkan dari orang sekitar kami. Maklumlah mulut manusia," sambung Sang Ayah wanita itu

"Iya Ayah dan Ibu. Tapi putri belum selesai kuliahnya. Maksud saya biar dia selesaikan dulu sekolahnya. Jadi konsentrasinya tak terpecah belah," jawab Rian memberi alasan.

Rian sangat menyesali perkenalaannya dengan wanita muda yang berstatus sebagai birokrat itu. Pertemuan dialog yang diselenggarakan sebuah lembaga hukum telah membuat keduanya menjadi akrab. 

Keflamboyanan Rian menjadi daya tarik bagi wanita yang bernama Vony. Pengetahuan Rian yang luas membuatnya makin jatuh hati kepada lelaki muda itu. Dan ketika malam terang benderang, keduanya justru menderu nafas dalam satu ranjang yang sama untuk menuntaskan hasrat sebagai manusia dewasa. Tak ada rasa sesal sama sekali dari ke duanya. Yang ada hanya senyum kebahagian.

"Apakah malam ini masih berlanjut," tanya Vony saat keduanya usai menuntaskan hasrat manusiawi.

"Aku mengagumimu sebagai wanita dewasa yang istimewa," puji Rian. Vony tersipu. Cecak di dinding pun lari. Malu menyaksikan adegan dua manusia berbeda jenis itu. 

Rian tersentak, ketika sopir taksi yang membawanya menanyakan tujuannya. Sudah dua jam, mereka memutari Kota tanpa arah. Sudah sedemikian lama perjalanan ini bagi sopir taksi. Namun Rian belum juga menemukan lokasi tujannya. Dan ketika dilihatnya sebuah tulisan berhuruf Arab pada sebuah papan nama di halaman sebuah bangunan besar, Rian pun meminta sopir taksi untuk menghentikan mobilnya.
"Stop Pak," pinta Rian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun