Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Televisi dan Pencerdasan Publik

8 Februari 2019   01:22 Diperbarui: 8 Februari 2019   01:41 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Tak dapat dipungkiri, peran media dalam membentuk karakter manusia sungguh luarbiasa. Kebiasaan dan perilaku manusia bisa turbulensi lewat fakta peristiwa dan fakta pendapat yang diwartakan media, khususnya media televisi.

Media massa merupakan sebuah media yang mengundang perhatian orang banyak. Secara garis besar media massa dibedakan atas dua bagian, yaitu media cetak seperti buku, koran, tabloit, majalah dan media elektronik seperti radio, internet, lm, dan TV. 

Media massa merupakan alat komunikasi yang sanggup menjangkau masyarakat luas. Apa yang dilihat, dibaca, dan didengar dari media massa membawa pengaruh bagi perkembangan intelektual, pengetahuan, dan bahkan kepribadian seseorang.

Sesuai dengan daya jangkaunya yang amat luas, seseorang harus memiliki daya saring yang tangguh sebab tidak semua informasi yang disadap bersifat positif. Misalnya, berita dan tayangan yang bersifat liberalis sekuler tentu tidak akan sesuai bagi masyarakat yang memegang teguh tradisi religius. Namun secara umum media massa memegang tiga fungsi utama, yakni fungsi informasi, fungsi hiburan, dan fungsi pendidikan. dengan tiga fungsi seperti ini kehadiran media massa sangat diperlukan dalam kehidupan masyarakat.

Dalam perhelatan demokrasi sebagaimana yang kini sedang meresonansi hingga ke seluruh jagad raya, peran media dalam membentuk karakter pemilih sangat terlihat. Kekerasan yang dilakukan medua terhadap hak politik rakyat sangat besar lewat pemberitaan, program talkshow dam segudang program berita lainnya. Sebagai pemirsa dan penonton kita hanya disuguhi komunikasi satu arah yang diwartakan media sebagaimana model komunikasi yang dikembangkan Barnlurd.

Model komunikasi transaksional dikembangkan oleh Barnlund pada tahun 1970. Model ini menggarisbawahi pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus-menerus dalam sebuah episode komunikasi. Komunikasi bersifat transaksional adalah proses kooperatif: pengirim dan penerima sama-sama bertanggungjawab terhadap dampak dan efektivitas komunikasi yang terjadi.  Model transaksional berasumsi bahwa saat kita terus-menerus mengirimkan dan menerima pesan, kita berurusan baik dengan elemen verbal dan nonverbal. Dengan kata lain, peserta komunikasi (komunikator) melalukan proses negosiasi makna.

Kesalahan lain media massa televisi yaitu menyajikan pesan -pesan tersembunyi para kandidat di dalam program yang disiarkan tanpa memikirkan dampak terhadap individu yang menontonnya. Telah terjadi banyak program televisi yang secara inheren membawa pesan--pesan dari para kandidat dalam bentuk kemasan program yang disembunyikan sedemikan halus dan rapi dalam ruang private publik. Nilai-nilai program itu secara tak langsung dapat mempengaruhi tanpa disadari masyarakat yang menontonnya.

Perilaku media massa yang bersikap partisan tentunya bukan hanya merugikan kita sebagai masyarakat penonton, namun memfaktakan bahwa indepedensi yang selalu koheren dan melekat dalam fungsi media telah diabaikan oleh pengelola media. Gebyar reformasi bangsa yang melahirkan kekebesan pers belum mampu dikelola manejemen media sebagai sesuatu aset untuk kemajuan bangsa. media masih terjebak dengan euforia pers yang kebelinger.

Padahal media sesuai fungsi dan peran yang diembannya seharusnya mampu menjadi pengawal demokrasi untuk kepentingan masyarakat. Dan bukan menjadi instrumen pembiaran terhadap demokrasi partisan yang kini melekat dalam media televisi.

Menyikapi media partisan tentunya kita sebagai masyarakat harus bersikap cerdas dalam menerima pesan yang disampaikan media. Kita jangan terjebak dengan pemberitaan media yang kita asumsikan sebagai media pembawa pesan salah satu kandidat yang selalu memunculkan salah satu pasangan dalam durasi dan frekuensi yang amat sering dibandingkan dengan pasangan dalam Pemilu serentak .

Pindah channel dan saluran televisi adalah bagian dari usaha dan cara kita menghindari dari pengaruh media partisan dan berafiliasi terhadap salah satu pasangan Capres/cawapres. Toh masih banyak program acara di media televisi  lainnya yang bisa membuat kita cerdas dan tak terkukung.

Dan yang paling urgensial adalah sejauh mana peran lembaga negara seperti KPI dalam mengawasi dan mengawal program acara yang diwartakan media. Tindakan tegas sudah selayaknya diaplikasikan oleh KPI terhadap media yang melanggar regulasi dan menyimpang perannya.

Sebagai rakyat dan sekaligus penonton media televisi, kita berharap media televisi mampu memainkan perannya sebagai pengawal demokrasi yang bermuara kepada kesejahteraan rakyat dan bukan menjadi corong salah satu pasangan dalam Pemilu, Pilpres dan Pileg. Kalau tidak maka kebebasan yang kini dinikmati pers dengan harga yang mahal hanya akan menjadi sia-sia tanpa makna bagi masyarakat dari sabang hingga Merauke.  (Rusmin)

Toboali, 8 Februari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun