" Siapa yang namanya Pak Haji," teriak seorang dari beberapa orang yang berbadan tegap itu dengan nada suara penuh gertakan. " Mana orangnya? Saya Matbewok ingin ketemu," lanjut Matbewok.
" Assamualaikum," jawab Pak Haji memberi salam sambil berdiri  untuk menemui lelaki yang berteriak tadi. " Masya Allah, Bang Matbewok sudah menginjakkan kakinya ke dalam masjid ini. Terima kasih Ya, Allah. Kami amat bersyukur Abang sudah datang  ke masjid ini untuk menemui Sang Maha Pencipta," lanjut Pak dengan suara yang amat santun dan menyejukkan. Tapi tidak dengan wajah Matbewok. Sinar matanya seolah menyiratkan sebuah kegeraman yang tak terperikan.
" Dengar ya Pak Haji. Saya datang ke masjid ini bukan mau menemui Tuhan. Bukan sama sekali. Saya mau ketemu Pak Haji," kata Matbewok dengan nada suara yang amat keras dan bernada sombong.
" Bang Matbewok yang baik hati. Setiap orang yang datang ke masjid ini, tujuannya cuma satu. Menghadap Allah. Bersujud kepadaNya sebagai Sang Maha Pencipta alam ini. Dan saya sungguh amat yakin, Bang Matbewok dan teman-temannya datang ke masjid ini pasti berniat untuk menemui Allah. Pasti berniat bersujud kepadaNya sebagai penguasa alam ini," jawab Pak Haji dengan suara yang amat tenang.
Dan lelaki yang malam  ini datang tergesa-gesa ke masjid itu adalah Matbewok.  Suaranya amat tertatih-tatih memohon ampun kepada Sang Maha Pencipta. Airmatanya tumpah ruah mengaliri ubin masjid. Â
" Ya, Allah Yang Maha Pengampun. Ampunilah dosa hambamu yang lemah ini. Ampuni Ya, Allah," ujarnya dengan nada suara tersedu berbalut penyesalan. Cahaya langit pun tertegun mendengar suara itu. Kebahagian menghiasi alam raya. Malam semakin merentah. Matbewok masih tetap berdiam diri dalam masjid dengan seribu doanya yang memohon ampun kepada Sang Maha Penguasa alam raya ini. (Rusmin)
Toboali, malam ke 22 ramadan 1439 H. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H