" Maafkan kesalahan ayahmu yang telah mencoreng nama baik keluarga," katanya pelan saat kami bertemu di sebuah ruangan di rumah tahanan . Aku hanya terdiam. Tak menjawab. Suaraku amat berat untuk menjawabnya. Ku cium tangannya sebagai bentuk tanda baktiku sebagai anak kepada orang tua. Biar dia koruptor dan penjahat kemanusiaan, dia tetap ayahku. Orang tua ku.
___
Aku menatap langit. Cahaya rembulan bersinar dengan indahnya. Terangi bumi dengan ikhlas. Tak ada basa-basi dalam cahaya terangnya. Rembulan menerangi bumi dengan setulus hati. Tanpa mengharapkan adanya sebuah harapan dari penghuni bumi, para manusia yang hidupnya beragam corak dan latar belakang.
Aku masih ingat dan ingat, pada suatu malam yang diterangi cahaya rembulan yang indah, saat aku bersama ayah duduk di belakang rumah dinas yang dijaga ketat sambil menikmati kopi.
" Apakah salah ayah mengharapkan sesuatu dari orang yang ayah bantu," ujar ayah saat aku menanyakan kenapa ayah selalu meminta komisi dari anak buahnya.
" Toh mereka memberikannya dengan ikhlas kok tanpa paksaan," sambung ayah.
" Kalau mereka tak memberikan ayah komisi dari kegiatan di kantor , maka mereka para bawahan ayah itu, akan ayah berhentikan dari jabatannya," jawabku dengan nada keras. Baru kali ini aku berbicara dengan ayah dengan nada suara yang kencang bak para orator demo.
" Aku tak mau ayah nanti akan dijuluki sebagai koruptor kalau tak berkuasa lagi,' sambungku dengan nada pelan.
" Kamu masih kecil. Belum mengerti apa-apa. Suatu saat nanti kamu akan paham," ujar ayah dengan suara bijaksana.Â
___
Ayah kini harus menjalani hidup dalam bui sesuai dengan perbuatannya yang telah merugikan negara lewat aksi purbanya. Predikat koruptor telah distigmakan kepada orang tua ku oleh semua orang di Kota kami dengan nada garang. Ayah dinyatakan bersalah karena menerima uang sogokan dari bawahannya dalam sebuah operasi tangkap tangan dari KPK. Kami sebagai anak pun harus menerima beban hidup atas perbuatan ayah sebagai anak koruptor. Sebuah julukan yang amat melukai hati dan jiwa kami. Setetes aib yang harus kami tanggung selama badan masih dikandung.