Wanita tua itu kaget. jantungnya hampir copot. Sesosok lelaki tua dengan rambut yang memutih hadir di hadapannya. Dia sangat mengenal lelaki itu. Sangat kenal. Dia adalah Cagal. Lelaki idamannya.
"Aku datang memenuhi janjiku dulu. Aku akan melamarmu ketika aku sudah bekerja," ujar Cagal.
"Apakah engkau belum beristri," tanya wanita tua itu.
"Aku datang dengan status lajang. Aku masih membujang. Dan aku pulang hanya untuk melamarmu. Apakah engkau bersediah menerima lamaran aku lelaki tua ini," tanya Cagal. Rona memerah menghiasi pipi wanita tua itu. Ada rasa kebahagian yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Penantiannyapun tak sia-sia. Sementara ranting di pohon itu masih tetap bertengger di dahan pohon beringin tua itu.
Angin senja itu bertiup sungguh menyejukkan. Tak terkecuali menyejukkan hati wanita tua itu dan Cagal yang bergandengan tangan menuju rumah. Ya, rumah yang akan menjadi tempat mareka menatap hidup dengan sisa-sisa usia mareka yang kini sudah merentah. (Rusmin)
Toboali, Bangka Selatan, sabtu 12/8/2016.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H