Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mami Tanpa Keibuan

17 Juli 2016   10:24 Diperbarui: 17 Juli 2016   10:29 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wajah perempuan setengah baya itu tampak sumringah bak baru mendapatkan hadiah besar. Suara musik yang menggetarkan ruangan menambah kebahagiaan di wajah tuanya. Para pengunjung tampak asyik dengan aksi tariannya. ada yang berjoget. ada yang mengandeng perempuan muda. Semuanya berbaur dalam satu kenikmatan semu.

Perempuan setengah baya itu tampak sibuk mengatur para perempuan muda yang berdandan bak bidadari. Diwajah para perempuan muda itu tersimpan sejuta asa. Ada yang bahagia. Ada yang bermimik sendu. Bahkan ada yang berwajah seolah-olah tak berdosa.

" Kalian harus bisa memberikan pelayanan prima kepada pelanggan. Buat para pelanggan bahagia dan betah di tempat ini. Mengerti?," wejangan perempuan setengah baya itu.

Para perempuan muda yang diberi wejangannya terdiam. Seolah-olah mengerti dengan perintah perempuan setengah baya itu. Dan mareka pun membubarkan diri usai mulut perempuan setengah baya itu berhenti bernada perintah.

###

Sudah tiga tahun perempuan setengah baya yang biasa disapa mami itu mengelola tempat hiburan malam yang terletak di sudut Kota yang baru mulai menggeliat. Pengalamannya sebagai perempuan malam di Kota besar membuat otaknya berekpresi dengan mengelola tempat usaha hiburan malam berbekal sisa-sisa uang yang dimilikinya usai tercampakkan sebagai penggoda.

Tak ada niatnya untuk berhenti dan tobat dari kegiatan penggoda malam yang bertaburkan bintang. Tak ada sedikit pun kendati begitu banyak kawan, sahabt bahkan orang terdekatnya yang menasehatinya.

"Apa kalian tahu bagaimana penderitaan saya saat dipaksa melacur saat saya masih ingin bersekolah," tanya dengan nada geram saat mendengar wejangan dari para kerabat dan sahabatnya.

"Kehidupan saya hancur karena melacur dan menjadi penggoda. Semua karena saya miskin," ujarnya dengan nada ketus. Jawaban perempuan setengah baya itu mengheningkan suasana pertemuan malam itu. Hanya desah yang keluar dari mulut para sahabatnya. Tak kuasa melawan keinginan mami, sahabat mareka.

### 

Dikala masih muda mami dikenal sebagai perempuan dengan tingkat kecantikan yang berklas. Wajah bak artis sinetron. Badannya yang tinggi semampai dibalut kulitnya yang putih bersih membuatnya menjadi bunga Desa. Tak heran banyak pemuda Desa yang mengidolainya. Mareka tergila-tergila dengan kecantikan Mami. Kaum pria baik tua dan muda mengaguminya. Tak terkecuali Pak Kades yang telah beristri. Beragam usaha dilakukan Pak Kades untuk mencuri hati mami. Namun jalan selalu buntu. 

Mami masih ingat bagaimana usai pulang sekolah dirinya dijemput staff Desa di halaman sekolahnya dengan alasan Ibunya sakit. Dengan rasa keterpaksaan yang sarat mencurigai, mami akhirnya ikut. namun bukan arah pulang ke rumah yang dilaluinya. Tapi sebuah penginapan. Dihalaman penginapan klas melati itu telah menunggu Pak Kades dengan wajah sumringah. Wajah penuh kemenangan.

Sia-sia usaha mami melawan kodrati syahwat Pak Kades yang telah menggelora hingga ke ubun. malam itu dirinya harus melepaskan kehormatannya diri sebagai martabatnya sebagai perempuan. walaupun Pak Kades bersedia untuk memperistrinya, namun mami selalu menolaknya. dendamnya pada lelaki termasuk Pak Kades mengaliri darah nuraninya. Usai malam jahanam itu, mami bertekad untuk meneggelamkan dirinya sebagai wanita penggoda. Hampir semua lelaki dewasa di Desanya digodanya. Dan buntutnya mareka harus bentrok dengan para istrinya. bahkan ada yang harus bercerai dengan para istrinya. 

"Saya telah bertekad untuk menjadi penggoda para lelaki hidung belang itu," ungkapnya kepada teman-temannya.

"Apakah itu jalan terbaikmu dalam mengarungi hidup yang singkat ini," sela seorang sahabatnya. Mami terdiam. Dendam kesumat yang terekspresi dalam otak besarnya menggerakkan jiwanya untuk selalu dendam dan dendam kepada semua lelaki.

###

Siang itu usai suara azan berkumandang dari masjid terdekat, wajah mami mengekspresi kegelisahan yang seolah-olah tak terperikan. Ada rasa sesal yang tak terungkapkan dengan kata-kata. Ada rasa penyesalan diri sebagai manusia. Dirinya tertegun saat menyaksikan seorang anak buahnya, wanita penggoda sholat. Hatinya tergetar. Jiwanya terusik. Nuraninya tergoda.

"Walaupun saya penuh noda dan dosa, namun sebagai umat manusia saya harus berbakti kepada Sang Pencipta dengan sholat," ujar anak buahnya.

"Apakah dosa kita diampuni Sang Maha Pencipta," tanyanya dengan nada suara bergetar.

"Allah itu Maha Pengampun dan Maha Pemaaf atas segala perbuatan hambanya selama hambanya ingin bertobat," ungkap anak buahnya.

Para pengunjung tempat hiburan malam di sudut Kota gempar. Bagaimana tidak heboh, saat mareka hendak memuaskan nafsu syahwatinya di tempat hiburan malam itu, terpampang tulisan dibangunan sederhana itu bahwa lokasi tempat hiburan itu tutup dan akan dijadikan pesantren. Sementara di kejauhan malam terdengar suara mami sedang memohon ampunan atas segala dosanya kepada Sang Maha Pencipta atas segala kesalahannya. Airmatanya menetes membasahi ubin masjid. Mengalir hingga membasahi seluruh tubuhnya yang berbalutkan mukena.

Malam makin merentah dengan kebeningan cahayanya melankolis. Sebening hati Mami menatap masa depannya yang baru dengan kehidupan baru sebagai pengelola pesantren. Dan bukan sebagai pendendam. (Rusmin)

Toboali, Bangka Selatan, minggu 17/7/2016.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun