Kabar masuknya Zaianal ke dalam penjara, memang tak pernah dikabarkan temannya ke Kampung. Mareka tak ingin Ibu Zainal menderita mendengar kabar tentang anaknya. Hingga Zainal akan bebas, Ibunya tak pernah dikabari tentang keberadaan Zainal yang sebenarnya. Kalaupun Ibunya bertanya tentang Zainal, maka teman dan adiknya selalu bilang bahwa Zainal belum bisa pulang karena pekerjaannya.
" Bang Zainal belum bisa pulang ke Kampung Bu karena pekerjaannya," jelas adiknya.
" Iya, Bu. Sebelum kami pulang Zainal titip salam buat Ibu dan mohon doanya," ungkap seorang teman Zainal.
" Sebagai Ibu saya selalu berdoa, agar anak saya sehat dan selalu dalam lindungan Allah," ucap Ibunya.
Usai bebas dari penjara, Zainal langsung mudik ke Kampung Halamannya. Wajahnya sumringah. Maklum kali ini dia membawakan ketupat yang dibuatnya sebelum dirinya bebas. Ketupat ini akan dipersembahkannya untuk Ibu. Manusia yang paling dihormatinya dan dicintainya dengan setulus hati. Perjalanan panjang dan sangat melelahkan dari Kota tak dihiraukannya. Tekadnya cuma satu bisa bertemu Ibunya dan memberikannya hadiah ketupat yang dia buatkannya. Pukul tiga pagi Zainal tiba di kediamannya. Suasana tampak ramai. Dari kejauhan terlihat hilir mudik orang-orang datang ke rumahnya. Hati Zainal mulai tak enak. Ada sesuatu yang tak beres yang terjadi di rumahnya, pikir Zainal. Zainal pun mempercepat lanmgkah kakinya.
Dan apa yang dipikirkan Zainal memang menjadi. Ibunya telah wafat saat hendak menyiapkan menu makanan untuk sahur. Teriakan histeris pun mengalir dari Zainal. Gemanya meresonansi alam. Â Airmatanya kembali mengalir dari kelopak matanya. Beberapa tetua Kampung menyabarkannya.
" Semuanya sudah kehendak yang diatas," ujar Pak Kepala Kampung.
" Alhamdulillah beliau meninggal saat bulan suci ramadan. Semoga beliau khusnul khotimah," lanjut Pak Kepala Kampung.
Zainal hanya tepekur. Berserah diri. Ada rasa sesal dalam jiwanya. Kalau dulu dia tak memaksakan kehendaknya untuk ke Kota, tentunya dia masih bisa bersama Ibunya. Dan yang paling penting dia tak mendapat predikat sebagai narapidana. Sementara ketupat dalam tasnya yang hendak dia berikan kepada Ibunya kini hanya jadi penghias. Ketupat itu sudah layu. Selayu hatinya yang diliputi rasa kepedihan yang mendalam dan rasa penyesalan yang tak terperikan. (Rusmin)
Toboali, Bangka Selatan 9/7/2016.