Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mati Kutunya Kaum Petualang

4 Juni 2016   22:15 Diperbarui: 4 Juni 2016   22:38 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Apa kamu mau mendukung kandidat yang kalah?Apa kamu mau menjadi Timses pasangan yang tak dikehendaki rakyat daerah ini?" tanya Ganyeng dengan nada diksi keras sehingga membangunkan malam yang sedang bermimpi. Membangunkan rembulan yang enggan bersinar, bahkan membangunkan kucing hutan yang masih tertidur pulas dibawah pohon lada yang mulai menua usai mencari mangsa di hutan kecil semalam.

 Semua kelompok Ganyeng terdiam mendengar penjelasan Ganyeng. Dalam hati mareka kini mulai resah dengan permainan yang dikembangkan Ganyeng. Mareka mulai khawatir dengan petualangan mareka dalam jagad politik daerah ini. Namun mareka enggan beradu argumentasi mengingat selama ini Ganyeng selalu membantu mareka bila kesulitan hidup.

Ganyeng mulai resah ketika kelompoknya kini tak kompak dan  tak harmoni lagi. Beberapa kawan dalam kelompoknya telah menyeberang kepada kelompok timses Rada-rada dengan terang-terangan. Mareka secara terang-terangan telah membantu timses rada-rada secara iklas. Mareka kini makin paham resiko yang akan mareka terima kalau bermain banyak kaki. Kini Ganyeng seolah terasing dari pergaulan para sahabatnya. Tak ada lagi yang mau mengikuti gayanya yang selalu ingin berpetualang dan mengambil keuntungan dalam beragam masalah di daerah ini. Kartu truf Ganyeng seakan sudah terbaca.

" Mungkin ini hukum karma yang harus saya terima sebagai petualang," desis Ganyeng. Sinar rembulan makin memuram. Kesenduan melanda rembulan. Bintang pun seolah-olah enggan hadir dilangit.  Di kejauhan malam dengan lantang terdengar syair dari Iwan Fals yang didengarkannya dari radio. Suara radio itu makin mendekat dan menusuk kalbu Ganyeng. Suara radio itu seakan mengguncang nuraninya sebagai manusia yang tak mampu dilawannya.

Petualang merasa sunyi.

Sendiri di hitam hari

Petualang jatuh terkapar

Namun semangatnya masih berkobar

Petualang merasa sepi  

Merasa sunyi

Sendiri dikelam hari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun