Dusun Antah Berantah geger. Seluruh penghuni Dusun yang damai dan religi ini bak kiamat. Berita tentang rencana perkawinan Mira dan Mae menjadi trending topik. Semua warga Dusun membicarakan acara sakral itu. Mareka seolah sangat bahagia kalau sudah berbicara soal perkawinan dua sosok manusia itu. Soal perut lapar itu soal lain. Soal harga daging sapi yang mahal itu persoalan nomor sekian.
" Apa dunia ini mau kiamat. Kok sama-sama wanita mau menikah," ujar seorang warga.
" Saya tak mengerti. Mae yang dulunya wanita kok kini berubah menjadi Mawi. laki-laki pula. Dunia...dunia," keluh yang lain.
" Kita harus bertindak. Kita jangan membiarkan semua ini terjadi. Kita harus lawan. Aib bagi Dusun kita," sambung warga yang lain sambil menyeruput sisa kopi.
Dengan semangat 45, warga Dusun secara beramai-ramai mendatangi rumah Pak RT. Sepanjang perjalanan gerutuan terus tersembur dari mulut para warga. Tanpa terasa mareka sudah tiba di halaman rumah yang hendak mareka datangi.
" Ada apa kalian ini datang beramai-ramai? Malam-malam lagi," tanya Pak RT.
" Ini penting Pak. Darurat," jawab warga.
" Soal perkawinan Mira dan Mae kan," tebak Pak RT.
" Tepat sekali Pak. Kami atas nama warga tidak setuju perkawinan mareka digelar di kampung ini. Tidak setuju," ujar perwakilan warga.
" Betul Pak RT. Kami tidak setuju," kata warga lainnya sambil meneriakkan yel yel tidak setuju hingga suara koor mareka menembus malam yang makin syahdu.
" Kalian tenang. Besok akan saya sampaikan dengan Pak Kadus," jawab Pak RT.