Bangka Belitung sejak era peradaban dunia lahir telah dikenal sebagai daerah penghasil dan sumber daya alam bernama timah. Tak mengherankan ketika era impreliasme melanda syahwat para negera erofa untuk menjajah, Bangka Belitung salah satu daerah yang harus mareka kuasi untuk mengekploiasi kekayaan alam super dasyat ini untuk kemakmuran negeri penjajah.
Kita tahu bagaimana saat era penjajahan Inggris begitu bernafsu menaklukan Bangka Belitung dan bahkan bersedia menukarkan beberapa daerah jajahan kepada belanda. namun belanda tak bergeming. bangka belitung harus menjadi daerah kekuasaannya.
Ribuan tahun diekploitasi, timah di bangka belitung tetap menjadi primadona dan daya magnit tersendiri. Saat ini selain dieklpoitasi oleh BUMN PT. Timah dan PT. Kobatin yang akhirnya tak diperpanjang kontraknya sesuadah hampir 40 tahun menambang,dan menanmbang untuk kepentingan Australia dan terakhir dimiliki Malaysia, bijih timah di Bangka Belitung tetap diekploitasi. Dan tetap menjadi salah satu sumber pendapatan bagi negara.
Salah satu kolong bekas penambangan timah di Bangka Selatan
Pengekploitasian yang berlebihan dan tak memikirkan kesinambungan lingkungan bagi masa depan kehidupan yang akan datang membuat pertambangan timah di bangkaBelitung bukan hanya menghasilkan devisa namun juga melahirkan produk berupa kolong-kolong bekas penambangan yang hampir tersebar di wilayaj Bangka Belitung. Keasrian alam Bangka Belitung yang hijau hanya mimpi.
Dari berbagai penelitian yang dilakukan para ahli mengatakan bahwa kolong yang terbiarkan tanpa hanya akan menjadi salah satu lumbung nyamuk malaria yang akan menyebarkan berbagai penyakit di negeri yang kini dijuluki sebagai negeri seribu kolong.
Pada sisi lain, pembiaran terhadap kolong-kolong bekas penambangan timah merupakan salah satu sumber bencana bagi penduduk.Sebagian besar pertambangan mineral di Indonesia dilakukan dengan cara terbuka. Ketika selesai beroperasi, perusahaan meninggalkan lubang-lubang raksasa di bekas areal pertambangannya. Lubang-lubang itu berpotensi menimbulkan dampak lingkungan jangka panjang, terutama berkaitan dengan kualitas dan kuantitas air. Air lubang tambang mengandung berbagai logam berat yang dapat merembes ke sistem air tanah dan dapat mencemari air tanah sekitar. Potensi bahaya akibat rembesan ke dalam air tanah seringkali tidak terpantau akibat lemahnya sistem pemantauan perusahaan-perusahaan pertambangan tersebut. Di pulau Bangka dan Belitung banyak di jumpai lubang-lubang bekas galian tambang timah (kolong) yang berisi air bersifat asam dan sangat berbahaya.
Pada sisi lain produk bekas penambangan ini membuat air asam tambang mengandung logam-logam berat berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dalam jangka panjang. Ketika air asam tambang sudah terbentuk maka akan sangat sulit untuk menghentikannya karena sifat alamiah dari reaksi yang terjadi pada batuan. Sebagai contoh, pertambangan timbal pada era kerajaan Romawi masih memproduksi air asam tambang 2000 tahun setelahnya. Air asam tambang baru terbentuk bertahun-tahun kemudian sehingga perusahaan pertambangan yang tidak melakukan monitoring jangka panjang bisa salah menganggap bahwa batuan limbahnya tidak menimbulkan air asam tambang. Air asam tambang berpotensi mencemari air permukaan dan air tanah. Sekali terkontaminasi terhadap air akan sulit melakukan tindakan penanganannya.
Namun dampak limgkungan yang ditmbulkan dan dilahirkan dari pertambangan tanpa memuliakn dan memartabatkan sumber daya alam tak membuat jiwa dan naluri para pengekploitasian timah di bangka belitung tahu diri. bahkan mareka dengan menggunakan nama besar para pejabat negeri ini terus berupya untuk terus mengekploitasi sumberdaya alam di bangka belitung ini untuk kepentingan dirinya, kelompoknya dan kaumnya. Tak heran kondisi ini membuat ketua KPK Abraham Samad mengancam para petinggi negera yang membeking timah di Bangka Belitung ke ranah hukum.