Setiap bulan februari tiba, kontroversi tentang hari kasih sayang selalu mencuat dan menjadi bahan perbincangan. Dari mulai alim ulama, guru hingga petinggi bangsa. Padahal setiap tahun selalu ada bulan februari dan tanggal 14.
Dan anehnya narasinya tak jauh-jauh. Hanya soal hari kasih sayang atau Valentine days. Gara-gara hari Kasih sayang, jumlah lontaran narasi kontroversial sungguh banyak melebihi jumlah hari di bulan Februari yang hanya berjumlah 28. Walaupun kadang 29 hari.
Akumulasi Hari Kasih sayang tak lepas dari kurangnya kasih sayang yang diberikan lingkungan terhadap sesama lingkungan. Tak terkecuali kasih sayang dari pemerintah terhadap rakyatnya. Padahal rakyat sebagai penguasa negeri ini dengan tulus iklas telah mengeskalasi derajat dan martabat para petinggi negeri dengan jabatannya. Sementara rakyat masih bergulat dengan jabatannya sebagai rakyat hingga ajal menjemput.
Bagaimana mungkin Pemerintah dan jajarannya berbagi kasih sayang sementara mareka justru sangat sayang dengan jabatan yang hanya melekat lima tahunan. Mareka para penerima jabatan itu justru berusaha memberikan kasih sayang kepada jabatannya tanpa memperdulikan untuk berbagi kasih sayang kepada pemberi amanah mareka.
Bagaimana kaum muda bangsa ini tidak mencari kasih sayang sesama mareka dengan cara yang tak elok dan tak pantas menurut etika ketimuran bangsa ini ketika panutan mareka di pemerintahan saling mencaci, saling mempiting dan saling berebut kuasa yang dipertontonkan tiap hari dimedia massa.
Kaum muda bangsa ini akhirnya kehilangan jati diri sebagai anak bangsa karena panutan mareka justru tak pernah saling berbagai kasih sayang sebagaimana yang mareka lihat, saksikan dan tonton serta baca dimedia.
Dan tak heran pula kaum muda bangsa ini akhirnya menjadikan tokoh-tokoh barat sebagai panutan dan teladan mareka dalam bertindak dan berfikir karena elite bangsa ini tak layak menjadi panutan mareka.
Saya sungguh percaya ketika Pemerintah dan jajaran elitenya mampu berbagi kasih sayang dengan rakyat setiap hari, maka kasih sayang akan lahir tiap hari tanpa harus ada perayaan semacam Valentine Days.
Saya sungguh percaya ketika Pemerintah dan jajaran elitenya selalu membagikan kasih sayang dengan jabatannya maka tak akan ada orang mati karena kelaparan dan mencari makan dengan cara tak halal.
Dan saya sungguh percaya ketika Pemerintah dan jajaran elitenya selalu memberi kasih sayang lewat jabatan yang diembannya maka tak akan ada banjir yang membuat kesengsaraan bagi rakyat karena rakyat pasti akan membagi kasih sayangnya kepada Pemerintah dengan mentaati aturan yang berlaku dengan menjaga lingkungan sekitarnya.
Kasih sayang dan membaginya kepada sesama di bumi Nusantara ini adalah sesuatu yang mestinya harus diaplikasikan semua pihak, terutama Pemerintah dan jajaran elitenya. Pemerintah dengan segudang kekuasaan yang melekat pada elite, harusnya menjadikan kasih sayang sebagai standar pelayanan prima kepada masyarakat.
Saya sungguh percaya ketika kasih sayang telah menjadi bagian dari gaya hidup para elite pemerintah yang menerima kuasa dari rakyat, maka rakyat tidak akan kehilangan kasih sayang dari negara yang memang berkewajiban melindungi, mengayomi dan memartabatkan rakyat sebagai penguasa negeri.
Sudah bukan eranya lagi memberi kasih sayang kepada masyarakat saat momentum Pilpres, Pileg dan Pilkada saja. Usai perhelatan itu masyarakat ditinggalkan dan dibiarkan bak ayam kehilangan induknya. Dan muncul kembali saat siklus perhelatan demokrasi kembali terulang.
Sudah selayaknya Pemerintah era kini dengan revolusi mentalnya menjadikan kasih sayang dan mengplikasikan gaya kasih sayang kepada masyarakat sebagai bagian dari tugas dan kewajibannya sebagai petugas negara. Salam kasih sayang...(Rusmin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H