Mohon tunggu...
Mimi  Lasmita
Mimi Lasmita Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Ilmu Sosial

Menjadi diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perbedaan Gender dan Jenis Kelamin

9 September 2021   20:50 Diperbarui: 9 September 2021   20:51 1961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlu diingat, bahwa antara gender dan jenis kelamin itu berbeda. Sebagian orang sering menyamakan antara gender dengan jenis kelamin, bahkan mengartikan gender adalah jenis kelamin. Gender bukanlah jenis kelamin. Pada saat masih di sekolah menengah atas, sering kali diberi pemahaman tentang istilah gender yang sama dengan Jenis kelamin atau seks. Itu sebabnya pemahaman itu terus melekat dalam pemikiran bahwa gender itu adalah jenis kelamin.
Untuk itu, agar lebih jelasnya lagi perbedaan antara gender dan jenis kelamin, berikut ini akan dijelaskan apa yang dimaksud dengan gender dan apa yang dimaksud dengan jenis kelamin.


1. Gender

Setiap belajar ilmu sosial, atau saat masih duduk di sekolah menengah atas (SMA) istilah gender ini akan sering muncul dalam  pembelajaran. Tapi istilah gender akan disamakan dengan jenis kelamin atau mengartikan gender adalah jenis kelamin. Padahal sebenarnya antara gender dan jenis kelamin memiliki pengertian yang jauh berbeda. Baiklah, pertama kita akan menjelaskan tentang gender. 

Gender secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial ataupun budaya. Gender merupakan sebuah konstruksi yang memang dibangun sedemikian rupa oleh masyarakat setempat. Selanjutnya, gender lebih menekankan pada perbedaan laki-laki dan perempuan dalam hal peran, perilaku, emosional maupun karakteristik yang berkembang dalam masyarakat. Pengertian gender secara sederhana juga sudah dijelaskan oleh seorang ahli sosiologi yaitu Elaine Showalter, yang mana dia mendefinisikan gender sebagai perbedaan laki-laki dan perempuan di lihat dari konstruksi sosial dan budaya. Yang dimaksud dengan konstruksi adalah yang dibuat oleh manusia itu sendiri dan dia bukan kodrat yang sifatnya tidak dapat berubah. Contoh dari gender, misalnya: laki-laki adalah sosok yang dianggap kuat, perkasa, serta pantang menangis. Sedangkan perempuan adalah sosok yang lemah lembut, emosional, feminim dan sebagainya. Padahal, gender ini sifatnya dinamis yaitu bisa berubah atau dapat dirubah oleh siapapun dan di manapun.

2.  Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan pensifatan  atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, manusia jenis laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, memiliki jakun, dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim dan memiliki alat untuk melahirkan, memiliki vagina, dan mempunyai alat untuk menyusui. Alat-alat tersebut secara biologis melekat pada laki-laki dan perempuan. Hal ini tidak dapat berubah dan merupakan ketentuan biologis atau disebut sebagai ketentuan Tuhan atau kodrat. Jenis kelamin bersifat tetap dan tidak dapat dipertukarkan, karena itu murni pemberian Tuhan yang didapatkan oleh seseorang sejak dia dilahirkan.

Kesimpulan dari penjelasan di atas yaitu, gender berbeda dengan jenis kelamin. Gender adalah budaya, adat istiadat yang dikonstruksi manusia itu sendiri yang sifatnya dapat berubah (dinamis) dari waktu ke waktu. Sedangkan jenis kelamin (seks) adalah pemberian Tuhan (kodrat) yang sifatnya tidak dapat berubah dan tidak dapat diubah.

Baiklah, mungkin penjelasan singkat di atas dapat kita pahami dan tidak lagi menyamakan antara gender dan jenis kelamin dan tidak lagi menyamakannya. Karena di dalam konsep gender, perempuan adalah sosok yang lemah yang tidak berdaya dari segi kekuatan fisik di bandingkan dengan laki-laki. Dan dalam konsep gender, karena perempuan dianggap lemah maka posisi perempuan akan ditempatkan pada sektor domestik, sedangkan laki-laki di sektor publik. Maka dari sinilah nantinya akan melahirkan ketidakadilan gender. Untuk pembahasan tentang ketidakadilan gender akan kita bahas dalam tulisan selanjutnya.
Terimakasih, semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun