Mohon tunggu...
Mimi Kartika
Mimi Kartika Mohon Tunggu... -

Sedang menempuh pendidikan S1 Prodi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik, FISIP, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Sedang menempuh semester 7 yang mencari tempat magang bidang jurnalistik...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Bondan Winarno: Merayakan Budaya Kuliner

11 Oktober 2016   08:47 Diperbarui: 11 Oktober 2016   09:06 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Siapa yang tak kenal Bondan Haryo Winarno? Beliau populer setelah menjadi seorang presenter acara kuliner di televisi. Pak Bondan lahir di Surabaya, 66 tahun yang lalu. Siapa yang tak ingat istilah 'maknyos'? Kata yang sering diucapkan Bondan ketika menilai kelezatan suatu masakan. Hampir seluruh masakan tradisional di Indonesia, Bondan pernah mencicipinya. Lihat saja akun twitter @PakBondan, jawaban atau tweet mengenai makanan dari kuliner khas Indonesia sampai modern. Tak ketinggalan beberapa makanan khas Banten juga menjadi favoritnya yaitu rabeg, sambel buraq, dan sate bandeng.

Menurut Bondan, kuliner tradisional adalah bagian dari budaya. Budaya adalah hak milik suatu kelompok yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bondan mengutip istilah Bung Karno, budaya adalah way of life yang mencakup begitu banyak hal, seperti; agama, tradisi, adat istiadat, pakaian, perkakas, bahasa, seni, tari, musik, makanan, dan lain-lain. Bondan menjelaskan secara singkat kata-kata yang ia tulis di bio akun twitternya. "Kalimat pertama, On My Honor I Will Do My Best (Demi Kehormatanku, Aku Berjanji Melakukan yang Terbaik) adalah janji/sumpah seorang pandu. Kalimat kedua, Celebrating Culinary Culture (Merayakan Budaya Kuliner) adalah pernyataan visi saya pribadi," jelas Bondan, Minggu (25/9/2016).

Makanan khas setiap daerah di Indonesia selain untuk dimakan juga sebagai bagian dalam acara adat istiadat. Tumpeng, nasi yang berbentuk prisma segitiga ada dalam beberapa proses adat istiadat, terutama di daerah tanah Jawa. Dalam setiap ritual pelintasan (rites of passage), makanan selalu menjadi bagian penting dalam masyarakat Indonesia. Bahkan berbagai budaya suku-suku Indonesia juga menampilkan makanan sebagai bagian utama upacara. Menurut Bondan, sejak dasawarsa terakhir memang tampak bangkitnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap kekayaan kulinernya.

Ditanya mengenai potensi kuliner Indonesia di mata dunia internasional, ia menjawab bahwa dunia sedang bangkit kesadarannya untuk mengapresiasi kuliner lokal.  Menurut Bondan, justru orang asing yang lebih sadar bahwa kuliner Indonesia adalah budaya Indonesia. Tak dibarengi dengan pemerintah yang kurang mendukung promosi kuliner Indonesia sebagai daya tarik wisata, baik terhadap wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Berbeda dengan negara tetangga, seperti kuliner Thailand dan Korea, misalnya, yang dpromosikan besar-besaran oleh Pemerintah mereka masing-masing, sekarang menikmati popularitas di tingkat dunia. Restoran Korea atau restoran yang menyajikan masakan Korea menjamur di berbagai daerah. Bahkan makanan instan khas Korea pun ikut populer dan diburu masyarakat Indonesia.

Kini ia dikenal sebagai penulis atau pengamat/pemerhati kuliner tradisional Indonesia. Ada banyak cara untuk turut andil dalam melestarikan kuliner Indonesia. Salah satunya yang dilakukan Bondan dengan mencatat semua pengetahuan tentang kuliner tradisional. Beliau selalu menggali lebih lanjut bila kekurangan informasi. Setelah informasinya lengkap, Bondan mulai menyebarluaskan pengetahuannya melalui tulisan, tuturan, atau tayangan di televisi.

Semua kuliner tradisional Indonesia punya ciri-cirinya yang khas. Kuliner Bali berbeda dari kuliner Minahasa. Begitu juga setap kuliner daerah mempunyai kekhasan yang membuatnya unik dan menonjol, begitu yang dijelaskan Bondan. Termasuk Banten, kulinernya memiliki potensi yang baik. Menurut Bondan, yang ia lihat masyarakat Banten itu sendiri kurang menghargainya. Hal ini dapat dijumpai pada penjual mi dan bakso di Serang jauh lebih banyak daripada penjual sate bandeng atau rabeg. Ada dua hal yang harus dilakoni orang-orang Banten terhadap warisan budaya kuliner. Pertama, menghargainya dengan mengkonsumsinya secara sering. Kedua, para pejabat daerah harus selalu menampilkan/menyuguhkan masakan-masakan khas itu pada setiap acara. Selain itu, para wirausaha kecil didorong untuk berjualan menu-menu khas tersebut di Banten maupun di Jakarta. Guna mempromosikan kuliner Banten di luar daerah secara nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun