Minum Pil Nerothisterone untuk Cegah Haid
Dimana para perempuan Palestina? Pertanyaan tersebut yang sekaligus menggeser perhatian yang awalnya berfokus pada konflik budaya dan agama, menjadi isu perempuan akibat dari kolonialisme Israel. Isu ini sama pentingnya namun tidak banyak diberikan porsi perhatian yang layak.
Kondisi yang memprihatinkan terkait perempuan dengan pengalaman khasnya seperti menstruasi, hamil, melahirkan, menyusui dan nifas, maka tidak dapat dibayangkan bagaimana perempuan di Gaza Palestina menghadapi situasi pelik sekaligus menjalankan pengalaman biologis tersebut.
Dalam beberapa berita disebutkan bahwa banyak perempuan di Palestina yang terpaksa meminum pil nerothisterone untuk mencegah menstruasi. Hal ini terpaksa dilakukan karena kesulitan mendapatkan air bersih, stok pembalut dan tampon yang hampir tidak ada dan ruang sanitasi layak yang sulit didapatkan.
Pil nerothisterone sebenarnya merupakan obat untuk perempuan yang punya endometriosis, sakit haid berlebih serta pendarahan. Pil ini juga mempunyai efek samping yang membahayakan perempuan, seperti pendarahan vagina, mual, pusing dan perubahan mood yang drastis.
Dan tahukah bahwa memilih untuk meminum pil ini merupakan pilihan satu-satunya bagi perempuan di Palestina!
Maka dapat diketahui bahwa dalam penjajahan Israel terhadap Palestina perempuan dan anak merupakan kelompok yang paling rentan. Sebab, kondisi penjajahan Israel ini sudah sangat memprihatinkan dan juga mengakibatkan kematian dalam jumlah yang sangat besar.
Penjajahan Israel atas tanah Palestina sebenarnya merupakan hasil kerja kaum kuffar yang memakan waktu lama. Hal ini bukan proses pertempuran yang bermula pada 7 Oktober lalu saja, melainkan telah terjadi sejak kaum muslim mulai disusupi pemikiran asing hingga negara Islam runtuh pada 1924.
Melalui penjajahan pemikiran ini pula berhasil memenjarakan kaum muslim dalam sekat geografis dan euforia nasionalisme, sehingga setiap negara membuat batasan, mana menjadi urusan dalam dan luar negri satu negara. Sekat ini pula telah menjadikan negri muslim dengan potensi militer demografi tidak dapat dikerahkan.
Sudah seharusnya kapasitas para penguasa negri muslim adalah dengan memobilisasi pasukan militer mereka ke Palestina.