Pandemi covid-19 bukanlah hal baru untuk dibahas pada saat ini, karena pandemi ini sudah sangat lama terjadi dan berdampingan hidup ditengah masyrakat. Tetapi pada fase awal pandemi covid-19 ini banyak masyarakat menanggapinya dengan berbagai persepsi terlebih pada masyarakat beragama khususnya di indonesia.
Di indonesia sendiri masyarakatnya yang mayoritas islam memiliki argumentasi-argumentasi terkait pandemi covid-19 ini. Ada yang menanggapinya dengan pemahaman keAgaman secara Absolut dan ada juga yang menanggapinya dengan pemahaman Ilmiah  dan Rasional tanpa terkait unsur-unsur agama.
Substansi dari semua ajaran agama adalah keyakinan dan kepercayaan terhadap eksistensi Tuhan, sementara eksistensi Tuhan hanya dapat dibuktikan secara logis dengan menggunakan kaidah-kaidah akal-pikiran (baca: kaidah filsafat) dan bukan dengan perantaraan ajaran agama itu sendiri.Â
Walaupun akal dan agama keduanya merupakan ciptaan Tuhan, tapi karena wujud akal secara internal terdapat pada semua manusia dan tidak seorang pun mengingkarinya, sementara keberadaan ajaran-ajaran agama yang bersifat eksternal itu tidak diterima oleh semua manusia.
Dengan demikian, hanya akallah yang dapat kita jadikan argumen dan dalil atas eksistensi Tuhan dan bukan ajaran agama. Seseorang yang belum meyakini wujud Tuhan, lantas apa arti agama baginya.Â
Kita mengasumsikan bahwa ajaran agama yang bersifat doktrinal itu adalah ciptaan Tuhan, sementara belum terbukti eksistensi Pencipta dan pengenalan sifat-sifat sempurna-Nya, dengan demikian adalah sangat mungkin yang diasumsikan sebagai "ciptaan Tuhan" sesungguhnya adalah "ciptaan makhluk lain" dan makhluk ini lebih sempurna dari manusia (sebagaimana manusia lebih sempurna dari hewan dan makhluk-makhluk alam lainnya).Â
Lantas bagaimana kita dapat meyakini bahwa seluruh ajaran agama itu adalah berasal dari Tuhan. Walaupun kita menerima eksistensi Tuhan dengan keimanan dan membenarkan bahwa semua ajaran agama berasal dari-Nya, tapi bagaimana kita dapat menjawab soal bahwa apakah Tuhan masih hidup? Kenapa sekarang ini tidak diutus lagi Nabi dan Rasul yang membawa agama baru?Â
Dan masih banyak lagi soal-soal seperti itu yang hanya bisa diselesaikan dengan kaidah akal-pikiran. Berdasarkan perspektif ini, akal merupakan syarat mendasar dan mutlak atas keberagamaan seseorang, dan inilah rahasia ungkapan yang berbunyi: Tidak ada agama bagi yang tidak berakal.
Adapun kaitan pandemi dengan konsep ketuhanan sangatlah beragam jika dalam filsafat agama bahwa segala sesuatu dimuka bumi adalah memiliki unsur Tuhan , maka pandemi covid ini adalah bagian dari Tuhan dan Tuhan itulah sendiri yang menyebarkan pandemi ini dalam filsafat agama disebut dengan konsep ketuhanan Panteisme.Â
Dan ada juga yang berpandangan bahwa Tuhan itu yang menciptakan virus ini tetapi setelah menciptalkannya Tuhan tidak lagi ikut dalam persoalan alam itu. Seperti jam yang berputar sendiri. Dengan kata lain dalam filsafat agama disebut dengan Deisme.
Lalu bagaimana cara kita menghadapi pandemi covid-19 ini secara Rasional dan Religius? Pada era pandemi ini kita sebagai mahasiswa seharusnya mampu menjadi penengah dan sumber jawaban dikalangan masyarakat guna memberikan pemahaman yang sesuai dengan Agama dan anjuran Pemerintah, sehingga tidak menimbulkan keAmbiguan (kebingungan) dikehidupan Masyrakat.