Kesiur angin menyusup ketiak pepohonan yang dirimbuni kenangan. Jendela setengah terbuka dari rumah yang hanya dihuni masa silam, berkeriut balam. Menyiratkan aroma hujan. Menyuratkan pasal-pasal cuaca. Ketika rupa-rupa ingatan terhenyak sesempurna panorama senja.
Cahaya matahari jatuh di permukaan sungai yang beriak. Meneriakkan semboyan bertubi-tubi. Tentang secawan kopi, secarik mimpi, dan sisa-sisa keinginan harakiri. Terhadap sinapsis otak. Dari sinopsis sajak yang berombak.
Pokok-pokok kenanga menumbuhkan aroma kerinduan yang cuma bisa didapatkan dari riuh rendah rasa lelah. Ditiup lereng pegunungan dari kota-kota yang tertidur di peraduan mewah. Sementara desa-desa terbangun di tengah-tengah rasa gagap yang gundah.
Ini semua berasal dari lembah yang dibangun dalam mosaik antah berantah. Di suatu tempat nun jauh dari rahim fajar. Namun sangat dekat dengan Ar-Rahim dan Al-Kautsar.
Bogor, 15 Nopember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H