Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku Lebih Memilih

14 Agustus 2020   01:43 Diperbarui: 14 Agustus 2020   01:39 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku lebih memilih, menanami remah matahari, pada engkau punya kedalaman hati. Daripada harus terjebak di musim dingin. Dari sorot matamu yang berangin.

Aku lebih memilih, menganyam rintik hujan, menjadi gerimis yang kesepian. Daripada harus menyaksikan taifun. Dari tatapanmu yang habis-habisan melanun.

Aku lebih memilih, memahat sisa cahaya purnama, dari rembulan yang telah mati lama. Daripada harus menjumpai kegelapan. Dari sudut netramu yang menjelma malam.

Aku lebih memilih, menunggangi buih ombak, dari lautan paling beriak. Daripada harus berdamai dengan daratan. Dari pandanganmu yang membuatku belingsatan.

Mungkin aku, hanyalah sepotong rindu. Nampak seperti kabut, di cuaca yang membatu.

Tapi aku, bukanlah pecinta yang bisu. Karena dari iris mataku, terlahirlah sajak-sajak yang sama sekali tidak terdengar gagu.

Bogor, 14 Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun