Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menjadi Sembilu

5 Agustus 2020   07:02 Diperbarui: 5 Agustus 2020   06:56 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah pusaran ingin, aku mendapati diriku terhanyut di mata badai. Menyusuri bibir pantai yang landai, sekaligus lekuk ngarai yang membusai. Dikelilingi dinding-dinding angin yang bergemuruh. Membawa serta pelataran langit yang seolah hendak runtuh.

Tapi aku adalah seorang penyintas. Lelaki yang selalu melintasi tapal batas. Antara kegilaan dan kewarasan. Antara kekacauan dan kedamaian. Antara kericuhan dan kerinduan.

Aku melakukan perjalanan akbar, di tengah matahari yang membakar, dan api yang berkobar. Aku menjadi pertapa, ketika gerimis mengalunkan seriosa, dan hujan deras memainkan musik klasik tentang luka.

Dan di sinilah aku. Berdiri di antara kerumunan rumpun bambu dan kilas balik masa lalu. Membatu. Tapi sama sekali tidaklah gagu.

Karena aku, telah memutuskan menjadi sembilu.

Bogor, 5 Agustus 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun