Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sandyakalaning Usia

28 Juli 2020   11:11 Diperbarui: 28 Juli 2020   11:12 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berada di kerumunan pagi
yang tersibak dibelah matahari
mengakhiri episode mimpi  
orang-orang yang terlibat dalam keriuhan sunyi

Perbincangan mengalir
seperti sungai takdir
menuju muara
tempatnya bertemu samudera

Di sana, segala macam cinta dan berhala
diaduk oleh prahara
hanyut, terbawa buih-buih gelombang
hingga tiba di ruang-ruang lengang
tempat orang-orang menitipkan waktu senggang
sekedar beristirahat
atau terburu-buru mencari alamat
untuk menyampaikan pesan penting
tentang kerinduan yang berada di puncak hening

Berharap menemukan sisa hujan
agar bisa membasahi bunga-bunga jalanan
di sepanjang trotoar yang dilanda kemarau
serupa danau
tanpa air atau bunga padma
hanya hamparan luas yang mengeringkan iris mata
di sandyakalaning usia

Bogor, 28 Juli 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun