New Delhi, 28 36 50 N, 77 12 32 E
Stasiun Sentral Kereta
Andalas dan teman-temannya sangat bersyukur tidak ada gangguan apapun yang mereka temui di perjalanan Beijing-New Delhi. Namun setelah pesawat memasuki hanggar sewaan seperti biasa, sepasukan polisi bandara disertai oleh beberapa tenaga medis juga memasuki hanggar.
Pimpinan Polisi itu melambaikan tangan meminta Andalas yang baru saja mematikan mesin pesawat untuk turun. Lian Xi menyentuh lengan Akiko yang hendak menyelipkan pistol di pinggangnya. Isyarat dari matanya mengatakan tinggalkan saja. Ini hanya pemeriksaan kesehatan biasa.
Dikuti oleh Cecilia, Akiko, dan Lian Xi, Andalas turun dari tangga pesawat. Pimpinan polisi itu meminta tim medis segera melakukan tugasnya. Jika sesuai prosedur, dia dan timnya mesti memeriksa semua penumpang dan keseluruhan pesawat. Tapi tadi Kepala Kepolisian New Delhi menelponnya dan mengatakan agar memeriksa penumpang Gulfstream ini dari sisi medis saja. Jangan berani-berani menggeledah isi pesawat.Perintah yang aneh, tapi pimpinan polisi bandara itu tidak berani melanggarnya. Dia melihat penumpang pesawat mewah yang hanya berisi 4 orang itu terdiri dari seorang lelaki berwajah dingin dan 3 orang wanita cantik yang nampak sangat terpelajar. Apa yang membuat mereka begitu istimewa di mata kepolisian India?
Tim medis telah selesai memeriksa keempatnya. Aman. Mereka semua tidak ada yang terjangkit Virus Es maupun Bakteri Tropis. Hasil pemeriksaan cepat itu mengantar regu polisi dan tim medis keluar dari hanggar dan pergi.
Andalas lega. Hanya saja timbul pertanyaan dalam hatinya. Apakah pemeriksaan bagi siapa saja yang datang ke bandara internasional di ibukota negara ini hanya sedangkal itu? Bukankah semestinya semua barang bawaan juga diperiksa? Termasuk juga penggeledahan isi pesawat mengingat pandemi ini sangat berbahaya?
Mungkin ini karena pengaruh Luigi lagi. Andalas semakin penasaran dengan orang tua berkebangsaan Italia itu.
Mobil yang tersedia sekarang adalah mobil produksi India. Tata Xenon XT telah parkir dengan manis di dalam hanggar. Siap untuk dipergunakan.
Andalas masuk dan duduk di balik kemudi. Akiko seperti biasa selalu memilih duduk di sebelah Andalas. Sedangkan Cecilia dan Lian Xi ada di jok belakang mobil double cabin yang nampak maskulin itu.
Cecilia mengakses peta. Waktu tempuh dari bandara ke stasiun sentral kereta New Delhi sekitar 25 menit. Kondisi lalu lintas di New Delhi biasanya sangat padat dan sering macet sehingga Cecilia memberitahu Andalas bahwa mungkin mereka akan membutuhkan waktu sekitar 1-1,5 jam untuk sampai di stasiun kereta sentral New Delhi.
Dan mereka sudah tiba di stasiun yang dituju dalam waktu 15 menit! Rupanya pemerintah India menerapkan karantina terbatas di New Delhi untuk mencegah penyebaran infeksi Bakteri Tropis. Jalanan menjadi lengang dan sepi.
Begitu pula stasiun kereta. Tidak banyak penumpang yang hendak melakukan perjalanan menggunakan kereta api. Hanya orang-orang tertentu yang telah mendapatkan ijin saja yang boleh menggunakan alat trasnportasi ini.
Andalas memasang alert bahaya di kepalanya. Jika Organisasi atau OWC tidak mengejar mereka sampai di sini, hal berbahaya lain sudah berada di sini. Orang-orang yang terinfeksi dan lepas dari pengamatan para petugas bisa saja ada di stasiun ini. Andalas tidak bisa membayangkan kericuhan yang pasti akan terjadi jika orang-orang bermata merah, bermuka pucat dan berbusa hitam di sudut mulutnya, berhamburan mengejar mereka. Andalas mengguncang kepalanya untuk menyingkirkan kecemasan.
Namun tetap saja dia berbisik kepada Akiko dan Lian Xi mengenai kekhawatirannya tersebut. Kedua wanita itu mengerti dan mereka membiarkan Andalas berjalan di depan sedangkan mereka berjalan mengapit Cecilia.
Andalas masuk ke ruangan dengan pintu kaca bertuliskan Ruang Loker. Dicarinya nomor 141 dan dibukanya menggunakan kunci yang diperolehnya dari Beijing. Loker kecil itu terbuka. Diambilnya kotak deposit kecil dan dimasukkan dalam kantong jaket.
Saat mereka keluar dari ruangan loker, terdengar suara teriakan gaduh tidak jauh dari mereka. Orang-orang yang sedang menunggu kereta berlarian kocar-kacir. Melarikan diri dari segerombolan orang yang datang dengan gestur mengancam dan agresif.
"Andalas! Orang-orang itu terinfeksi BA!" Cecilia yang terkejut berteriak kepada Andalas.
Andalas menyahut cepat.
"Akiko! Bawa Cecilia pergi ke mobil! Aku dan Lian Xi akan menahan mereka di sini!"
Akiko menarik lengan Cecilia dan mulai berlari ke tempat parkir di luar stasiun. Andalas menunggu sampai Akiko agak menjauh lalu menarik lengan Lian Xi dan lari! Lebih baik tidak usah melayani orang-orang beringas karena infeksi Bakteri Tropis.
Akiko masuk ke dalam mobil lalu menghidupkan mesin dengan Cecilia duduk di sampingnya. Dari jauh nampak Andalas dan Lian Xi berlari cepat menuju mobil sementara di belakang mereka terlihat beberapa orang mengejar membabi buta. Akiko memasukkan persneling mobil. Bersiap.
Begitu Andalas dan Lian Xi melompat masuk, Akiko langsung tancap gas. Terdengar tembakan beberapa kali dari arah belakang mereka. Akiko melihat dari kaca spion orang-orang yang mengejar dengan gaya brutal itu tersungkur terkena peluru yang dimuntahkan oleh sepasukan tentara yang muncul di sana.
Akiko menambah kecepatan. Xenon itu meraung-raung membelah jalanan yang sepi menuju bandara. Cecilia menggamit lengan Akiko untuk mengingatkan bahwa tidak ada lagi yang mengejar mereka. Tapi Akiko seolah tidak mendengar dan tetap tancap gas sedalam-dalamnya sambil matanya beberapa kali melirik kaca spion tengah.
Cecilia mengerutkan kening lalu menyadari sesuatu dan menoleh ke belakang. Lian Xi nampak sangat nyaman bersandar di bahu Andalas yang nampak malu dan risih.
Cecilia tersenyum geli. Pantas saja Akiko mengemudi seperti orang kesetanan.
Bogor, 17 Mei 2020
* * **
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H