Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Masa Silam di Rimbun Malam

1 Juli 2020   07:48 Diperbarui: 1 Juli 2020   07:37 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berjalanlah hanya dengan diam
atau keramaian akan menyergapmu
dalam kuatnya pusaran
percakapan
yang tak pernah berakhir
sampai ujung lidah
kehabisan kata-kata
yang baik-baik saja

Kau dan aku, lalu
menyumpahi setiap kisi masa lalu
menuduhnya sebagai agen yang menyusup
dalam jaringan benak dan labirin otak
dan membuat kerusuhan demi kerusuhan
yang berujung pada kerinduan

Langit biru di atas sana
adalah meja perjamuan bagi mata siapa saja
untuk melempar pandangan sederhana
betapa semesta adalah
tempat ranting patah dan hujan asa yang tumpah
bersama-sama

Kau dan aku, kemudian
mencibir segenap masa silam
sebagai kilas balik yang mencekam
ketika satu demi satu
berusaha memutar rekaman
dan memaksa kita duduk menyaksikan
di sepanjang rimbunnya malam

Jakarta, 1 Juli 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun