Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Renjana dan Rencana, di Pucuk Daun Cemara

22 Juni 2020   18:32 Diperbarui: 22 Juni 2020   18:22 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak kepala di dunia, dijejali oleh asap, kerumitan, dan jendela yang sulit dibuka. Entah karena apa, tapi jelas bukan karena api, lorong labirin, dan rumah yang terkunci.

Barangkali sinapsis otak telah dipenuhi oleh skenario yang habis terbakar, atau kesederhanaan yang dianggap makar, atau mungkin juga karena rasa manis sudah meninggalkan yang namanya nektar.

Bertanya kepada hujan yang datang tiba-tiba sore ini, aku hanya mendapatkan jawaban melalui aroma tanah kering yang menguar. Bahwa kerumitan itu sesungguhnya sangat sederhana, bila tidak dimasukkan dalam bejana lalu diaduk sebagai sebuah formula, yang disebut sebagai renjana.

Saat mendapatkan kesempatan berbincang dengan cemara, aku mendapatkan cercah matahari dari sirip daunnya yang meruncing tajam. Dunia memang terbuat dari banyak rencana. Namun banyak di antaranya yang hanya tertinggal di dalam kepala.

Bogor, 22 Juni 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun