Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menggugat Waktu

21 Juni 2020   07:00 Diperbarui: 21 Juni 2020   07:16 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di saat sejarah berjalan tertatih dan menjadi terlalu letih sehingga lupa menuliskan yang sahih, maka setiap persinggahan maupun perhentian hanya akan menjadi semacam waktu yang berselisih.

Menggugat waktu. Seperti mengurai metaformosa kupu-kupu. Semenjak musim dimulai saat bunga-bunga yang mekar terlihat seperti potongan-potongan gambar. Menuju pertengahan musim hujan ketika petrikornya menguar. Lalu diakhiri oleh musim daun-daun gugur di tanah kering yang menyerupai sebuah altar.

Bagi mereka yang merasa masa lalunya adalah kilasan-kilasan kecil film bisu, akan terus berusaha menggabungkannya menjadi satu dalam sebuah episode tak terputus oleh waktu. Mereka ingin menjadi malam tanpa kelam, pagi tanpa kabut, dan petang yang tak tercerabut.

Bagi mereka yang mengira masa lalunya adalah origami utuh dan tak tersentuh oleh waktu yang luruh, melipatnya baik-baik dalam sebuah diari yang ditanam pada memori. Tanpa harus memandang ke belakang karena itu semua akan menghabiskan waktu luang.

Menggugat waktu hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak terima pada apa yang disebut kelu. Sedangkan yang tidak menggugatnya, adalah orang-orang yang menyebut diri mereka telah bersekutu dengan rasa ngilu.

Bogor, 21 Juni 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun