Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Soal Bahagia

11 Juni 2020   15:49 Diperbarui: 11 Juni 2020   16:00 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn.pixabay.com

Soal mencari bahagia
Langit bisa menyediakan caranya
Dengan menurunkan hujan
Di tanah retak yang melolong-lolong kekeringan
Begitu rintik pertamanya memberikan sentuhan
Maka terdengarlah nyanyian merdu
Yang mengalahkan nada staccato sungai dan batu-batu

Soal merunut bahagia
Lautan bisa menuliskan rujukannya
Dengan mengirimkan gelombang tipis ke pesisir
Memberikan jalan terbaik bagi tukik-tukik di pasir
Untuk menggapai lidah pertama
Dari jilatan badai yang dipaksa moksa

Soal menyeduh rasa bahagia
Segelas kopi dan secangkir teh tawar
Di pagi yang tersudut oleh pikiran ngayawara
Memberikan contoh yang sempurna
Bagaimana sesapan pertama dan selanjutnya
Sanggup mengurai sinapsis otak yang tersandera
Oleh apa saja yang dianggap aniaya

Soal menapis romantisme demi bahagia
Bertanyalah pada kisah cinta dari para pujangga
Yang tidak berkata dari ujung mulut
Atau putaran bola mata dari makna yang tercerabut
Ia, atau mereka
Hanya mengulapkan secelup tinta
Ke dalam sajak dan surat yang berbicara secara paripurna

Jakarta, 11 Juni 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun