Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Awal Juni

1 Juni 2020   07:04 Diperbarui: 1 Juni 2020   08:06 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku berada di bibir pegunungan sepi yang sedang mengecup kabutnya sendiri. Sedangkan kau sedang mengasuh anak-anak gelombang di tepi pantai yang menunggu hadirnya matahari. Kita bercakap-cakap dengan mata tak saling menatap. Melalui angin dingin Bulan Juni yang perlahan-lahan melindap.

Kau mengalirkan pesan tentang senyap yang tak juga melenyap. Dari hulu matamu yang kau bilang selalu menyimpan gelap. Aku katakan itu tentu anomali cuaca. Saat Juni mulai mengambil alih beberapa perkara.

Kau menjawab iya. Katamu semua baik-baik saja asal aku tak lupa menuliskan sajak-sajak yang ingat pada semakin tenggelamnya usia. Akupun mengatakan iya. Karena tidak bukanlah pilihan menyenangkan. Apalagi jika dikatakan pada peliknya labirin kerinduan.

Aku mendaki lebih tinggi agar sampai pada kepundan. Aku ingin menanami kawahnya dengan tembuni harapan. Hingga ketika nanti saat terjadi letusan, bukan kolom abu yang memekatkan angkasa. Tapi segulungan asa yang memenuhi pandangan mata.

Sementara kau menyibukkan diri dengan mengajarkan bagaimana cara terbaik melantunkan doa. Kepada pesisir yang lirih bergumam, pokok nyiur yang terdiam, dan kerumunan keinginan yang terpendam. Bahwa Tuhan akan selalu mendengarkan setiap kata dan tanda baca. Sehingga tak perlu menjeritkan ratapan yang bisa mengoyak gendang telinga.

Bogor, 1 Juni 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun