Bagaimana cara menerjemahkan pustaka malam
saat ungkapan dan kiasan
hanya diwakili oleh kelam
dan sedikit riasan yang dijatuhkan
oleh patahan rembulan?
Apakah bisa memungut sisa-sisa kegembiraan
dari Idul Fitri
yang baru saja pergi,
atau mengumpulkan kembali
kepingan-kepingan kecil Ramadan
yang masih tersisa
di sudut-sudut hati?
Kita sesungguhnya ditakdirkan
untuk selalu memunggungi malam
saat harus menjemput pagi
dan berusaha sekeras mungkin melupakan
ingatan-ingatan yang terpasung
oleh masa lalu yang murung
kemudian berlari secepat binatang buruan
di padang tak bertuan
seperti seorang ronin
yang kembali kehilangan majikan
Dunia tempat kita tinggal dan berharap
adalah remah-remah roti
yang sengaja ditinggalkan
agar bisa mencari jejak
saat kembali pulang
dan tidak lagi tersesat
di labirin masa silam
Bogor, 27 Mei 2020