Dinihari dirimbuni oleh petikan suara memuji
dari seorang hamba yang percaya
bahwa ruang langit selalu terbuka
bagi siapa saja yang hendak menyemai benih doa
yang kemudian ditanam serpihan awan
ditumbuhkan remah cahaya bintang
dan dibesarkan oleh sayap-sayap rembulan
Lalu dilahirkan kembali
lewat lentik airmata hujan
dalam pinggan-pinggan
yang disajikan dalam sebuah perjamuan
ketika orang-orang kemudian saling bermaafan
Pada hari ketika senyum
bukan lagi sebuah takdir
dan binar mata
tidak hanya karena menyaksikan romansa
tapi sepenuhnya karena relung-relung masa silam
dibersihkan dari segala lupa, khilaf, dan prasangka
Dunia yang di atasnya sedang memanen tembuni
dari kelahiran onak and duri
ikut serta merayakan
dengan caranya sendiri
meminta pagi untuk berdandan, secantik bidadari
angin untuk berhembus, selembut musik gambus
dan lagu-lagu tempo dulu dinyanyikan, sesyahdu wangi kembang pemakaman
lalu dipersembahkan bagi
hari yang fitri
untuk kemudian dipigura dengan cara sebaik-baiknya
demi masa
dan segala perihal yang membuatnya bercahaya
Maaf bagi noda-noda yang pernah dibelangakan
maaf untuk dosa-dosa yang ikut dibesarkan
maaf bagi mulut-mulut yang terlalu dinistakan
dan maaf atas nama
replika dusta yang mungkin pernah ada
kepadamu semua
dariku, beserta segenap masa laluku
Bogor, 24 Mei 2020
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H
Mohon maaf dari kedalaman hati dan jiwa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H