Andalas menukas dengan cepat.
"Bagus! Kita akan berikan waktu selama yang kalian perlukan."
Akiko memandang Andalas. Dan lelaki itu tahu apa arti tatapan Akiko. Bagaimana kita akan melakukannya? Pasukan bersenjata lengkap akan menyerbu masuk. Sedangkan kita hanya hanya punya 1 Kaiken dan beberapa sendok garpu.
Andalas tersenyum tipis. Dia juga tidak tahu harus bagaimana. Tapi mereka tidak perlu membuat panik orang-orang yang sekarang punya keyakinan terhadap mereka. Â
Rencana telah disusun. Tinggal menjalankan peran masing-masing. Phil dan Hasan akan bersiaga di kabin bawah yang pada lantainya punya akses ke panel-panel elektronik di perut pesawat.
Andalas berbisik kepada Akiko.
"Ada 2 pintu masuk ke pesawat ini. Kau jaga bagian depan. Aku akan berjaga di pintu belakang."Andalas menoleh ke Cecilia.
"Bagianmu adalah menenangkan penumpang. Suruh mereka berlindung di bawah kursi. Shinji san dan Yoshido san, aku yakin pasti kalian bisa membantu?"Andalas juga menoleh ke Kapten Shinji Akira dan Mualim Yoshido.
"Selama ini kami telah menghabiskan puluhan tahun hidup di lautan yang keras di sebuah kapal yang dibenci oleh hampir semua orang. Jangan khawatir. Kami akan membantu kalian dengan cara kami."Kapten Shinji menyahut dengan penuh semangat. Diikuti anggukan tegas Mualim Yoshido.
"Aku juga akan membantu kalian! Aku rasa banyak di antara para penumpang yang tidak akan berpangku tangan. Ini juga menyangkut nyawa mereka. Aku akan mengajak sukarelawan yang bersedia mempertahankan pesawat ini dengan taruhan apapun juga!"Seorang pilot veteran yang sedianya tadi mengambil alih kendali pesawat jika rencana pertama berhasil, unjuk bicara.
Andalas mengepalkan tangannya.