Dalam hati, Andalas sangat berterimakasih kepada dokter yang tak dikenalnya itu. Apapun motivasinya, dokter itu memberinya kesempatan melarikan diri dengan mengembalikan tenaganya lebih cepat dari yang dijanjikannya kepada orang-orang militer tadi.
Andalas memiringkan tubuhnya dan mengeluarkan kancing baju yang tadi sempat diambilnya ke ujung mulut . Dengan sedikit tekanan, sebuah jarum baja kecil keluar dari kancing tersebut. Dengan tenang, lelaki itu mengutak-atik lubang borgol.
Tak perlu waktu lama borgol yang membelenggu kedua lengannya terbebas. Andalas melompat turun dari tempat tidur. Tubuhnya terasa ringan dan segar. Dokter itu pasti sudah sangat berpengalaman. Dosis Adrenalin yang disuntikkan tepat. Kelebihan sedikit saja dia pasti akan pingsan. Sedangkan apabila dosisnya kurang dia pasti tidak sebugar ini.
Dengan perlahan Andalas menyentuh gagang pintu putar itu. Tidak terkunci. Dokter itu membantunya dengan sungguh-sungguh. Andalas membuka pintu lalu mengendap-endap keluar ruangan dan melihat dengan seksama situasi sekitar.
Andalas mengerutkan kening. Tidak ada penjaga di luar dan juga di sudut lorong kapal ini. Bergegas Andalas mencari pintu keluar melalui anak tangga di ujung sebelah kiri.
Sesampainya di luar, Andalas menjumpai dirinya ada di geladak kapal perang. Terlihat seorang penjaga di ujung geladak. Namun karena malam, bayangannya terlihat sangat samar. Dengan langkah pelan namun pasti, Andalas menuju pinggiran kapal yang gelap dan tidak terkena sorot lampu. Biasanya ada speedboat terikat di samping badan kapal.
Benar! Dilihatnya sebuah speedboat kecil terombang-ambing di permukaan laut. Andalas melepas tali yang mengikat speedboat itu di besi pagar kapal dan mengganti simpulnya. Dengan perhitungan yang cermat, Andalas menuruni dinding kapal melalui tali tersebut dan melompat ke speedboat. Setelah itu dengan sekali sentakan ke kiri, simpul tali itu terlepas.
Andalas meraba slot kunci starter speedboat. Kembali mengerutkan kening kunci itu masih tergantung di tempatnya. Hmm, orang-orang ceroboh.
Dibiarkannya badan speedboat itu menjauh terkena gelombang yang ditimbulkan kapal. Setelah merasa cukup aman, Andalas menyalakan mesin speedboat. Menekan tuas gasnya sampai habis. Membelah laut Arctic yang sangat dingin menjelang pagi. Menuju cahaya lampu yang terlihat samar di kejauhan. Reykjavik.
Dia harus segera menjumpai Cecilia dan Akiko. Mereka bertiga mesti melanjutkan rencana semula. Waktu sudah sangat mendesak. Mereka pasti juga sangat khawatir dengannya.
Andalas menghembuskan nafas lega saat pelabuhan itu mulai nampak tegas di depan matanya. Dia tidak mengira akan semudah itu melarikan diri dari kapal perusak yang penuh tentara. Ini di luar perkiraannya.