Tak ada yang lebih sepi dari dinihari, jika memang kau mencari di mana letak kesepian. Begitupun tak ada yang lebih gaduh dari langit yang hendak runtuh, bila kau menelisik di mana adanya pusat kegaduhan.
Langit dan sepi tidak pernah menjauh pergi. Langit yang kesepian adalah gambaran sederhana bagaimana ornamen kehidupan berada pada puncak pengabaian. Sedangkan kesepian yang melangit adalah lukisan sempurna seorang maestro yang menggambarkan di mana hatinya diletakkan.
Bumi sedang memainkan drama super kolosal. Langit menjadi panggung bagaimana drama tersebut berakhir gagal. Ketika para pelakon kemudian berlarian dari skenario yang mesti dimainkan. Menjadikan pementasan berakhir dalam kericuhan.
Bumi rusak. Langit koyak. Bumi terkapar. Langit terbakar. Bumi nyaris mati. Langit hendak harakiri.
Lalu dinihari selalu memberikan cara terbaik seperti apa berkontemplasi. Merenungkan langit dan bumi yang tersakiti. Tak henti-henti.
Mengerti?
Bogor, 10 Mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H