Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Diarak Kelu

9 Mei 2020   21:55 Diperbarui: 9 Mei 2020   21:53 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin dulu
kau adalah bait-bait kegelapan
sebelum dilahirkan ulang
menjadi sajak-sajak tentang purnama
yang banyak bercerita tentang cahaya

Barangkali di masa lampau
kau adalah paragraf yang menyerupai badai
sampai akhirnya dibesarkan oleh cuaca
menjadi puisi-puisi tentang hari yang cerah
pagi yang indah, dan senja yang bergairah

Atau bisa saja kau adalah kenangan
yang digantung di lemari pakaian
menunggu saat-saat dikenakan
untuk menghadiri perjamuan
di pesta-pesta yang kehabisan percakapan

Sedangkan aku
mungkin dulu adalah sajak-sajak terbuang
di pinggiran selokan
ketika kota-kota mengering
kehilangan embun dan nyanyian
dari burung-burung pagi
yang menjauh pergi

Atau barangkali aku
adalah masa lalu yang membatu
di sekeliling benakmu
untuk kemudian mencair kembali
bersama maraknya wangi kembang sepatu
karena aku
tak jadi mampus diarak kelu

Bogor, 9 Mei 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun