Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Serum-Bab 31

3 Mei 2020   16:31 Diperbarui: 3 Mei 2020   16:29 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bab 30

London, 51 30 26 N, 0 7 39 W
Bandara Heathrow

Tidak seperti di Doha, Andalas tidak lagi meminta Akiko untuk menandai orang-orang. Meskipun begitu Akiko masih bisa melihat si pria yang sangat necis, wanita cantik umur tiga puluhan, pemuda bertopi dan berkacamata hitam, wanita dari kalangan jet set, pria paruh baya bermata sangat sipit, dan si lelaki gondrong, mengantri di gate untuk menaiki pesawat.

Atau jangan-jangan Andalas salah mengidentifikasi orang? Tapi itu juga tidak mungkin. Andalas sepertinya punya database lengkap mengenai dunia para pembunuh. Kecil kemungkinan dia salah.

Dan jawabannya langsung terbukti saat itu juga. Si pria necis tiba-tiba merogoh sesuatu dari tasnya, membalikkan tubuh dan memberondongkan lusinan peluru dari Uzinya.

Akiko yang cepat menangkap gelagat saat pria necis itu berhenti lalu membuka tasnya, sontak mendorong tubuh Cecilia hingga terjatuh. Sedangkan refleks Andalas terpicu saat melihat gerakan Akiko. Andalas menjatuhkan dirinya sambil meraih sesuatu dari dalam kaos kakinya.

Tepat setelah si pria necis menghamburkan magazin pertama yang tidak mengenai apa-apa, sebilah pisau kecil yang dilempar Andalas melesat menembus lengan si pria necis. Melihat Uzi itu terjatuh, Akiko menerjang dengan kecepatan tinggi.

Kaki kecil Akiko menyambar dengan telak kepala si pria necis yang berusaha meraih Uzi dengan tangan kirinya. Pria itu terjengkang ke belakang dengan hidung patah dan mulut berdarah.

Kekacauan terjadi. Proses boarding langsung terhenti. Orang-orang menjerit-jerit dan berlarian kesana kemari. Si pria necis berusaha bangkit berdiri dan meraih pistol dari balik jasnya. Namun sebelum pistol itu sempat diarahkan, sebuah tendangan melingkar disusulkan oleh Akiko. Kembali telak mengenai kepala. Kali ini si pria necis tak bisa bangkit lagi. Pingsan.

Namun kejadian berikutnya sama sekali tak terduga oleh Akiko. Wanita yang mengenakan baju dan aksesoris serba mahal itu mendadak menyobek rok panjangnya. Tubuhnya yang tinggi langsing melakukan gerakan taekwondo yang mengagumkan. Kaki yang memakai sepatu mahal itu menyambar bahu Akiko sehingga dokter itu terhuyung-huyung nyaris jatuh. Tendangan berikutnya tidak bisa dihindari lagi menghajar keras perut Akiko.

Putri ketua Yakuza itu jatuh terpelanting kesakitan. Kejadian berikutnya lebih mengejutkan lagi, si lelaki gondrong menerjang Akiko yang terjatuh sambil mengayunkan sebilah besi yang entah bagaimana telah berada dalam genggamannya. Tak bisa dibayangkan jika potongan besi itu berhasil menghantam tengkorak Akiko.

Saat itulah Andalas beraksi. Menangkis lengan si lelaki gondrong sehingga pukulannya meleset lalu mendaratkan satu pukulan tepat mengenai hidung si lelaki gondrong yang langsung terjatuh. Tapi Andalas tidak bisa melanjutkan serangan karena wanita jet set itu menerjang menggunakan tendangan yang cukup berbahaya. Dari ujung sepatu mahal itu keluar pisau tajam berkilat-kilat.

Lengan Andalas terserempet pisau tapi juga dia juga berhasil menghantam leher si wanita dengan sisi tangan kirinya. Begitu wanita jet set itu terjatuh, lelaki gondrong yang sudah berdiri kembali itu menyarangkan serangan bertubi-tubi terhadap Andalas dengan menggunakan sebuah pisau pendek yang tajam di dua sisi.

Kali ini Akiko yang balas membantu. Dengan Kaiken di tangan, dokter muda itu menebas pergelangan tangan si lelaki gondrong yang putus seketika. Darah mengucur deras membasahi lantai bandara. Kembali jeritan ngeri terdengar di mana-mana.

Andalas sekarang bertarung melawan wanita jet set yang sangat tangguh itu. Jual beli pukulan terjadi berkali-kali. Diakhiri dengan terjungkalnya si wanita jet set ke lantai dengan leher patah. Sedangkan Andalas terkapar dengan mulut dan hidung berdarah.

Semenjak perkelahian itu terjadi, Cecilia hanya bisa berjongkok dengan ngeri. Akiko dan Andalas benar-benar mempertaruhkan nyawa melawan orang-orang berbahaya itu.

Setelah kerusuhan itu berakhir, Cecilia segera menghampiri Akiko yang terhuyung-huyung sambil memegangi perutnya sekaligus menarik Andalas yang terluka untuk pergi dari tempat itu. Cecilia merasa urusan akan sangat runyam begitu petugas keamanan berdatangan.

Benar saja. Saat Cecilia berhasil menyelinap di antara serombongan besar orang yang sedang menuju boarding gate, terdengar teriakan menyuruh mereka berhenti. Belasan petugas keamanan terpencar. Sebagian mengamankan lokasi kejadian dan meminta keterangan dari para saksi mata. Sedangkan sisanya mencoba melakukan pengejaran terhadap Cecilia dan kedua rekannya.

Peristiwa itu memang terjadi dengan begitu cepat. Situasi chaos membuat orang-orang sangat panik sehingga terlambat melapor kepada petugas keamanan bandara.

Para petugas yang melakukan pengejaran kebingungan karena rombongan besar wisatawan yang juga sedang tergesa-gesa itu menghambat mereka. Sementara Cecilia sudah menaiki eskalator bersama Akiko yang sudah berkurang rasa sakit pada perutnya dan Andalas yang juga sudah pulih meski dari hidungnya masih mengucur darah segar. Andalas mencoba menutupinya dengan memasukkan dalam-dalam ke kepalanya sebuah topi yang sempat disambarnya saat melarikan diri tadi di etalase sebuah counter fashion bandara.

Ketiga orang ini berhasil keluar dari bandara dan menaiki taksi pertama yang berhenti di depan mereka. Cecilia berpikir sejenak lalu menyebut bandara Gatwick kepada sopir taksi yang menjalankan taksinya dengan pelan menunggu disebutnya sebuah tujuan.

Sepanjang jalan, Cecilia sadar bahwa mereka bukan superhero yang gampang saja mengatasi segala macam kesulitan. Misi mereka dihadang dengan banyak rintangan yang bertubi-tubi datang.

Tapi setidaknya Akiko dan Andalas terlihat sudah mulai pulih kembali. Cecilia menoleh ke arah Andalas yang duduk di depan dan sedang berkata kepadanya.

"Wanita jet set itu tadi salah satu pembunuh terbaik yang dimiliki Sang Eksekutor. Julukannya cukup menyeramkan, Death Angel. Sedangkan pria necis itu kelihatannya adalah orang Rusia dan aku menduga dia agen GRU. Lelaki gondrong itu aku tak tahu persis tapi sepertinya aku mengenali ciri khas pisau yang digunakannya. Itu pisau yang biasa digunakan para agen DGSE."  

Cecilia terhenyak di kursi belakang. Jadi mereka sudah mulai turun tangan secara terang-terangan sekarang. Urusan ini semakin runyam.

Bogor, 17 April 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun