Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Partikel Malam, Berjatuhan Laksana Hujan

2 Mei 2020   00:09 Diperbarui: 2 Mei 2020   01:19 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com

Tak perlu kau ingatkan
bahwa aku bisa saja terjatuh
dari angan-angan yang sangat curam,
karena pada kenyataannya
aku sudah berdiam, di ngarai paling dalam

Tak usah kau teriakkan
mengenai rasa sepi yang menguar
sekuat daya tarik nektar
terhadap lebah dan kupu-kupu
di pagi hari, yang lupa cara bercumbu

Menjadi sehangat matahari
saat ini
mungkin adalah cita-cita tertinggi
bagi orang-orang yang memeluk kesepian
sebagai terjemahan buku-buku
pengantar menuju keramaian

Malam lantas pecah berkeping-keping
ke dalam banyak serpihan
cahaya bintang yang meredup
dan bias rembulan yang gugup
di sela-sela rintik hujan tak kunjung usai
pada percakapan yang tak pernah selesai

Mimpi-mimpi menjadi semakin panjang
dalam menyamak harapan
ketika ruang-ruang pikiran
semakin menghimpit
menuju wilayah paling lengang
yang terus menyempit

Barangkali ini yang disebut tentang kerinduan
yang diaransemen ulang
melalui lagu-lagu
ketika partikel malam, satu demi satu
berjatuhan
laksana hujan

Bogor, 1 Mei 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun