Akiko sudah melompat masuk ke dalam mobil sedangkan Cecilia masih terpaku menatap mayat Abebe yang dari mulutnya terus keluar busa berwarna hitam, Andalas menarik Cecilia masuk dengan paksa ke jok belakang, menutup pintu dan menghidupkan mobil lalu menekan gas sekencangnya.
Mobil itu melesat dengan kecepatan tinggi meninggalkan halaman parkir berdarah yang sekarang mulai dikerubungi banyak orang. Cecilia sempat melihat kerumunan orang-orang itu. Hatinya tiba-tiba merasakan nyeri yang teramat sangat. Ini bisa mengawali pandemi!
"Andalas! Kalau kau memang jagoan, kembali ke tempat itu! Bakar mayat Abebe dan orang yang telah ditembaknya. Lalu loloskan kami dari polisi!"suara sirine polisi masih cukup jauh terdengar.
Andalas membanting setirnya seketika. Sambil berbalik dengan kecepatan tinggi, lelaki itu meraih sesuatu dari kantong celananya. 2 plastik berisi bubuk berwarna hitam berada dalam genggaman tangannya.
"Akiko tembak ke atas! Bubarkan kerumunan itu!"Andalas berteriak memerintah Akiko yang dilihatnya sudah menimang AK 47 di tangannya. Akiko melakukan apa yang diperintahkan. Terdengar rentetan tembakan memecah udara. Orang-orang yang sedang mengerumuni tempat kejadian perkara kontan ketakutan dan semburat lari kemana-mana.
Mobil itu berhenti tepat di samping mayat Abebe. Andalas turun lalu dengan tenang menaburkan bubuk seperti tepung berwarna hitam ke sekujur tubuh Abebe dan lelaki yang ditembaknya. 2 kantong itu habis ditaburkan. Suara sirine polisi semakin mendekat.
Andalas menyalakan pemantik api dari kayu 2 kali dan melemparkannya ke 2 sosok mayat itu. Terdengar ledakan kecil berkali-kali saat api mulai membakar bubuk. Andalas kembali ke posisi kemudi dan melesat pergi dari tempat itu. Cecila yang duduk di jok belakang melihat ledakan kecil api tadi tiba-tiba membesar dan melahap habis kedua mayat itu dengan api berkobar-kobar.
Meskipun bernafas lega, Cecilia masih tetap bergidik. Seandainya mayat itu tidak cepat dibakar, dia tidak bisa membayangkan proses penularan yang akan terjadi dengan begitu banyaknya orang. Virus akan ikut mati jika inangnya mati. Tapi bakteri tidak! Dia akan tetap hidup meskipun inangnya telah membusuk.
Cecilia saling pandang dengan Akiko. Tergambar rasa senang dan ngeri di wajah mereka. Senang karena inang bakteri berupa bayi Leopard berhasil mereka dapatkan, tapi ngeri karena sekarang mereka sepertinya selalu terlibat dengan kekerasan dan banyak kematian.
Bogor, 16 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H