Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Seorang Perempuan dan Vas Bunga di Matanya

20 April 2020   07:13 Diperbarui: 20 April 2020   07:18 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang perempuan. Dengan koyakan hati berluka lama. Menjahit pagi dengan tatapannya. Dia merasa. Masa silam semakin berbahaya. Mendekatinya melalui detak jam dinding. Yang di pasang dalam rongga dadanya yang mengering.

Perempuan itu menunggu matahari. Mengetuk jendela kamar yang berembun. Dia akan memerangkap cahaya pertama yang tiba. Ke dalam tatap matanya.

Perempuan itu akan memutar beberapa roll film yang masih tersimpan dalam ingatan. Berupa kenangan hitam putih. Agar cepat tamat segala hal yang beraroma pedih.

Baginya. Kilas balik juga merupakan titik balik. Bagaimana dia akan memperhatikan setiap fragmen. Dengan cara apa dia harus menandai beberapa segmen.

Perempuan itu membuka buku petunjuk tentang cinta. Yang pernah ditulis oleh para pujangga saat menghilangkannya, lalu menemukannya kembali, melalui terjemahan satu dua mimpi.

Halaman yang dicarinya tak ada. Mungkin robek dibawa masa. Atau lenyap ditelan usia. Perempuan itu beranjak ke beranda. Dan petunjuk itu ditemuinya di sana. Pada vas-vas bunga. Yang semenjak dahulu ditanaminya dengan sajak dan puisi. Dan sekarang, mulai mekar dalam bentuk janji.

Perempuan itu memejamkan mata. Menikmati bioskop yang mengalir lewat sinapsis otaknya. Ternyata, masa lalu tak seberbahaya yang dia kira.

Bogor, 20 April 2020  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun