Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Buku-buku yang Kehilangan Rindu

5 April 2020   20:54 Diperbarui: 5 April 2020   21:19 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah lama rasanya aku menyekap masa lalu di balik punggungmu
hanya terlihat ketika kau melangkahkan kaki
untuk pergi
katamu kau hendak menjemput beberapa bongkah ingatan
yang dulu sempat sepakat kita lupakan
dan kita lupa di mana meletakkan

Hari ini memang
kita tidak sempat bercanda
karena pelupuk mata banyak dikerubungi
kilasan berita-berita obituari
seperti sayap lemas burung kolibri
yang menyinggahkan paruhnya pada bunga terakhir
setelah yang pertama rasanya baru kemarin lahir

Rindu tidak selalu punya tuan, wahai puan
terkadang ia adalah ronin yang kehilangan majikan
mati terbunuh bukan oleh tebasan katana
namun terbujur kaku
di antara wilayah senggang yang begitu lengang
setelah berjibaku
dengan jarak yang membatu
dan juga waktu yang membeku

Tapi rindu juga bukan hamba sahaya, wahai puan
yang selalu menuruti perintah
untuk membersihkan pekarangan
dari serasah yang membelasah
setelah dihanyutkan hujan yang sangat gelisah
pagi tadi, ketika embun pertama baru saja dilahirkan
lalu mati dijatuhi cahaya matahari.
ia adalah pemberontak
yang menolak dikoloni
apalagi jika penjajahnya adalah ruang-ruang sunyi

Karena itu puan,
bersedihlah pada buku-buku
yang saat ini menjadi sarang kepedihan
karena orang-orang tak sanggup lagi membaca
iris matanya banyak digerogoti linimasa
dengan irisan-irisan berbahaya

Kamu puan,
jangan pernah takut untuk merasa rindu
meski tubuhmu dipenjara jarak dan waktu
karena kamu jelas lebih beruntung
dari buku-buku itu
yang telah lama kehilangan rindu

Bogor, 5 April 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun