Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pintu

25 Maret 2020   07:03 Diperbarui: 25 Maret 2020   07:09 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kau berdiri di depan pintu
menunggu
entah itu kedatangan masa lalu
atau mungkin sekedar ingin tahu
apakah aku akan bertamu
membawakanmu setangkai bunga
dan beberapa patah kata
yang aku curi dari para serigala alfa
di seluruh dunia
tentang apa itu cinta
yang sesungguhnya
terhadap purnama

Sebelum pintu kembali tertutup
karena hari masih gelap
dan cuaca semakin memburuk
kau menuliskan pesan di beranda
; kalau memang itu amanat tentang cinta
berikan aku pertanda
melalui tempias hujan
atau remah cahaya rembulan

Kau bingkai pesannya
di antara pot-pot bunga
yang telah kau siram
dengan banyaknya kenangan
di antaranya adalah
mengenai pasir yang berbisik lirih
di pantai yang berdiam diri
karena kehabisan percakapan
setelah kehilangan sepasang elang
yang memilih pergi ke puncak gunung
tempat paling tepat menyinggahkan segenap murung
pada hari-hari ketika udara
tak sanggup lagi bergerak
karena diikat amarah yang berkerak

Pada pintu
sebuah rumah yang dipenuhi wangi bunga sepatu
kau menunggu
entah itu aku yang akan datang bertamu
atau masa lalu yang tiba bersamaku

Bogor, 25 Maret 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun