Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menjerang Segenggam Matahari

18 Maret 2020   21:39 Diperbarui: 18 Maret 2020   21:46 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maukah kau kutawarkan segenggam matahari? Sisa hari ini?
aku menangkapnya di pinggiran trotoar yang sepi
setelah menghilangnya para pejalan kaki
sore tadi

Mari kita jerang kehangatan
di antara rasa dingin yang melumpuhkan
keinginan dan ingatan
oleh sebab-sebab yang tak ada di buku pengetahuan

Jikalau kita kekurangan api
kau bisa menyulut amarah malam ini
dengan cara mengingkari adanya rembulan
dan menganggapnya sebagai sepotong angan-angan
yang tertinggal
di hari-hari yang terasa begitu janggal

Apabila tak cukup air untuk menjerang harapan
kita bisa menunggu hujan
tak perlu hingga juni
karena maret ini
ternyata mendung telah menguasai langit
hingga kedalaman rasa sakit

Kau tak perlu terlalu cemas
boleh saja malam nampak begitu pias
tapi esok, pagi pasti datang
menjanjikanmu banyak percakapan
tentang asa, dan juga senja
yang tidak mati hanya karena
berita-berita ngayawara
di linimasa

Jakarta, 18 Maret 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun